Pujian-Pujian Bagi Nabi

Karya-karya tulis yang berisi puji-pujian bagi Nabi Muhammad SAW lazim dibacakan saat peringatan Maulid, yang disusun dengan gaya prosa (natsar) maupun puisi (nazham). Dalam bahasa yang sederhana, biasa kita sebut kitab-kitab maulid.

Kebanyakan penulis kitab Maulid adalah para hafizh (penghafal hadits), muhaddits (ahli hadits), dan ulama yang termasyhur. Hafizh adalah sebutan bagi orang yang telah menghafal setidaknya seratus ribu hadits berikut sanadnya. Dan mereka telah terlebih dahulu menghafal Al-Quran. Tentunya mereka menyusun kitab Maulid berdasarkan ilmu mereka yang bagaikan samudera. Riwayat yang mereka tuliskan berdasarkan hadits-hadits shahih yang mereka ketahui sanadnya. Jelaslah bagi umat Islam bahwa momentum Maulid Nabi begitu dimuliakan oleh para ulama silam.

Tidak sedikit kitab Maulid yang ditulis dalam bentuk syair dan mempunyai nilai sastra yang sangat tinggi. Rasulullah sendiri amat senang akan syair yang indah. Tercatat di dalam hadits riwayat Al-Bukhari di dalam Al-Adab Al-Mufrad dan kitab-kitab lain, Rasulullah SAW bersabda, “Terdapat hikmah di dalam syair.” Bahkan sepupu beliau, Al-`Abbas, mengarang syair yang memuji kelahiran Nabi SAW:

Kala dikau dilahirkan
bumi bersinar terang
Hingga nyaris pasak-pasak bumi
tak mampu menanggung cahayamu

Dan kami dapat terus melangkah
lantaran sinar, cahaya
dan jalan yang terpimpin

Petikan itu tercatat di dalam kitab as-Suyuthi, Husn al-Maqashid, dan di dalam kitab Ibnu Hajar, Fath al-Bari.ulama ahli hadits, dan ulama sufi yang masyhur. Mereka menyusun kitab Maulid berdasarkan hadits-hadits shahih dan ilmu mereka yang bagaikan samudera.

Tradisi membaca kitab Maulid kemudian tidak hanya berlaku di majelis peringatan Maulid atau pada bulan Maulid saja, melainkan juga pada bulan-bulan dan dalam berbagai kesempatan. Karya Habib Utsman adalah salah satu contoh karya yang lazim dibaca pada peringatan Isra mi’raj di tanah Betawi sejak tempo dulu.

Menurut Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki dalam kitabnya Hawl al-Ihtifal bi Dzikr al-Mawlid an-Nabawiy asy-Syarif, karena banyaknya ulama yang menulis itu, sulit untuk memerincinya, dan tidak bisa dikatakan ulama yang satu lebih utama daripada yang lainnya.

Meskipun demikian, kata beliau selanjutnya, sebagian kitab itu memang lebih utama dibandingkan yang lain. Seluruh ulama yang telah menulis tentang maulid ini, sesungguhnya cukup menjadi petunjuk bagi umat Islam akan keutamaan dan kemuliaan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Sumber: Majalah Alkisah edisi 04-2010

Related posts

Halal Bihalal, Bertemu dan Berkumpul  Untuk Mencari Solusi

Habib Sholeh bin Ali Alatas, Tegal: Solusi Dakwah di Pantura

Tiga Teori Tentang Peristiwa Nuzulul Quran