Hikmah Alawiyah
Image default
Kabar Mahya

4 Sifat Wajib Nabi

Allah SWT mengutus Nabi dan Rasul agar manusia mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan Allah kepadanya. Tapi Allah tak memilih sembarang manusia sebagai utusan-Nya di muka bumi ini. Ada beberapa syarat yang wajib dimiliki Nabi dan Rasul.

Pengertian Nabi sendiri, merupakan orang-orang yang menerima wahyu dari Allah tapi tak ada perintah untuk menyampaikan kepada umatnya. Sementara Rasul adalah orang-orang yang menerima wahyu dan wajib untuk menyampaikan kepada umatnya.

Alhabib Ahmad Alkaff di Pesantren Kilat di Majelis Hikmah Alawiyah (MAHYA) Jakarta Selatan, Sabtu 25 Mei menjelaskan dalam kitab Aqidatul Awam tentang 4 sifat wajib Nabi. Sifat-sifat itu adalah Fathonah (Cerdas), Shidiq (Jujur), Tabligh (Menyampaikan), dan Amanah (Bisa dipercaya).

“Bahkan sifat-sifat itu harus ada sebelum mereka dilantik sebagai Nabi,” kata Alhabib Ahmad, Sabtu 25 Mei 2019 di kantor MAHYA, Jakarta Selatan.

1. Fathonah (Cerdas)

Sebagai seorang pilihan Allah SWT untuk mengajak manusia ke jalan Allah, maka seorang nabi harus memiliki kecedasan. Selain kecerdasan untuk memahami wahyu, juga kecerdasan untuk menjelaskan wahyu itu agar mudah dipahami umatnya. Bisa dibayangkan jika seorang nabi tak mampu memahami wahyu dan susah menjabarkan kepada umatnya, pastilah kekacauan yang terjadi.

Termasuk kecerdasan untuk kapan harus bicara dan kapan untuk diam. Bahkan juga kecerdasan untuk bisa mengajak dengan baik-baik dan kapan harus bersikap tegas. Dengan begitu, Alhabib Ahmad bilang hujjah-Nya akan sampai kepada umatnya.

“Maka mustahil Nabi itu bodoh,” kata Alhabib Ahmad.

2. Shidiq (Jujur)

“Andai Nabinya tukang bohong, lalu bagaimana jadinya umat ini?” tanya Alhabib Ahmad retoris.

Jika itu yang terjadi pastinya risalah-risalah yang disampaikan akan diragukan umatnya. Jika risalah sudah diragukan kebenarannya, maka barang tentu umatnya tak mau mengikutinya. Maka sebelum mereka dilantik sebagai Nabi sudah dikenal sebagai seorang yang jujur. Sebagaimana Nabi Muhammad Saw.

“Bahkan dalam bercanda pun, Nabi Muhammad tidak pernah bohong,” kata Alhabib Ahmad.

3. Tabligh (Menyampaikan)

Setelah menerima wahyu, Rasul wajib menyampaikan kepada umatnya. Itu sudah menjadi tugasnya untuk mengajak manusia ke jalan Allah. Alhabib Ahmad mengatakan tak mungkin Rasul menerima wahyu kemudian diam saja. Apapun konsekuensi dari penyampaian wahyu itu akan ditanggung oleh para Rasul.

4. Amanah (Bisa dipercaya)

Amanah dan jujur itu hampir sama. Mereka yang amanah pastilah jujur, dan orang yang jujur pastilah amanah. Sementara Rasulullah dikenal sejak kecil sebagai seorang yang jujur dan amanah. Bahkan cerita Alhabib Ahmad, pada saat banyak penduduk Mekah yang menolak seruan beliau. Tapi mereka tetap menintipkan barang-barangnya kepada Rasulullah Saw. Sebab kalau soal kejujuran dan amanah tak ada yang melebihi Rasulullah Saw yang telah menerima julukan Al Amin.

“Mereka semua tahu itu,” kata Alhabib Ahamad.

Dengan 4 sifat wajib yang dimiliki Nabi sejak dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad Saw, maka setiap cerita tentang nabi pastilah tak akan menyimpang dari sifat-sifat itu. Jika ada cerita tentang Nabi yang ternyata bertentangan dengan sifat-sfat para Nabi, maka perlu dikoreksi riwayat cerita itu. Sebab kata Alhabib Ahamd, pasti sanadnya tak sampai kepada Rasulullah.

Jumlah para Nabi dan Rasul sangat banyak. Para ulama mengatakan jumlah Rasul mencapai 315. Sedangkan jumlah Nabi mencapai 124.000. Di antara mereka ada yang wajib diketahui dan tidak. Nabi dan Rasul yang wajib diketahui berjumlah 25, yaitu mereka yang disebutkan dalam al-Quran.