Hikmah Alawiyah
Image default
Kabar Mahya

Peran Penting Keluarga Bagi Al Imam Abdullah bin Alwi Al Haddad

Masjid At-Taubah, Rawajati, Jakarta Selatan sore itu, Sabtu 20 Juli 2019 sesak dengan jamaah yang memenuhi ruangan masjid. Mereka berduyun-duyun dari berbagai wilayah di Jakarta untuk mengikuti seminar yang diadakan oleh Yayasan Al Hawthah Al Jindaniyah, Majelis Hikmah Alawiyah (MAHYA) dan Majelis As Siirah An Nabawiyah.

Seminar yang dilaksanakan di Kompleks Pemakaman Habib Kuncung itu mengambil tema “Mengkaji Pemikiran Al Imam Abdullah bin Alwi Al Haddad Melalui Karya Tulisnya”.

Al Imam Abdullah bin Alwi Al Haddad merupakan tokoh sufi yang agung. Beliau menjadi rujukan utama bagi umat Islam. Mesikpun mengalami kebutaan sejak berumur 4 tahun karena penyakit cacar, tapi hal itu tak menghalanginya mengarungi lautan ilmu. Bahkan beliau mengatakan “tak ada satu kitab di Hadramaut yang belum aku baca”.

Al Imam Abdullah bin Alwi Al Haddad sejak kecil sudah dikenal rajin salat. Tiap hari setelah pulang dari belajar mengaji dalam perjalanan pulang baliau selalu singgah di masjid untuk melakukan salat sebanyak 100 hingga 200 rakaat. Hal itu dilakukannya tiap hari tanpa jeda atau istiqomah.

Lalu apa yang mendasari seorang anak belia mampu melakukan itu?

Ketua Umum MAHYA, Habib Ahmad bin Novel bin Jindan yang menjadi salah satu pembicara sore itu menjelaskan bahwa semua itu karena dorongan cinta kepada Allah SWT. Tapi, ia melanjutkan, jika kecintaanya kepada Allah SWT itu tak muncul tiba-tiba, ada proses dan faktor pendorongnya.

Habib Ahmad bin Novel bin Jindan melanjutkan, ada beberapa faktor yang membuat Al Imam Abdullah bin Alwi Al Haddad mencapai tingkat kecintaan kepada Allah SWT di usia beliau yang masih belia. Di antaranya adalah faktor keluarga Al Imam Abdullah bin Alwi Al Haddad.

“Sebab warna pertama yang mewarnai anak adalah lingkungan terdekatnya, keluarga,” kata Habib Ahmad bin Novel bin Jindan, Sabtu 20 Juli 2019 di Masjid At-Taubah, Jakarta Selatan.

Keluarga memiliki peran sangat penting dalam mewarnai corak hidup seorang anak. Sementara keluarga Al Imam Abdullah bin Alwi Al Haddad merupakah kumpulan dari orang-orang ahli ibadah. Mulai dari Ayahnya, Ibunya, Kakeknya semuanya adalah orang-orang ahli ibadah.

Habib Ahmad bin Novel bin Jindan kemudian menganalogikan keluarga musisi. Di mana kedua orang tua, ayah, ibu dan nenek-kakeknya seorang musisi tentu akan melahirkan anak yang tak jauh dari itu.

“Jika dalam satu keluarga semuanya adalah musisi. Satu pegang gitar, drum, sruling, anak yang tumbuh bisa jadi vokalis,” kata Habib Ahmad.

Faktor kedua adalah peran didikan orang tua. Ayah Al Imam Abdullah bin Alwi Al Haddad sering membawanya menemui para ulama dan wali Allah. Sang ayah mencari berkah bagi Al Imam Abdullah bin Alwi Al Haddad melalui orang-orang soleh. Pengaruh kesolehannya itu sampai hingga kepada anaknya.

Beberapa faktor di atas itu yang memunculkan kecintaan sangat besar Al Imam Abdullah bin Alwi Al Haddad kepada Allah SWT. Hingga pada usia yang masih sangat belia beliau sudah mengenal Allah. Atau dalam Bahasa sufi disebut dengan Makrifatullah.

Maka, Habib Ahmad bin Novel bin Jindan bilang jika kita ingin menciptakan rumah tangga, buat rumah tangga seperti keluarga Al Imam Abdullah bin Alwi Al Haddad. Keluarga ahli ibadah, sehingga akan melahirkan buah anak yang ahli ibadah juga.

Seminar yang dilaksanakan lebih dari empat jam itu, mulai pukul 16:30 hingga 20:00 diakhiri dengan ziarah bersama ke kompleks Pemakaman Habib Kuncung. Setelah itu ditutup dengan makan bersama di pelataran Masjid At-Taubah.