Hikmah Alawiyah
Image default
Hikmah Kisah Kaum Shalihin

Burdah, Rasulullah SAW, dan Maulid

Bulan Rabiul Awwal selalu dimeriahkan dengan peringatan Maulid. Yaitu peringatan lahirnya manusia mulia Nabi Muhammad SAW. Hampir setiap hari di sudut-sudut kota Jakarta dilaksanakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, begitupun di berbagai wilayah di dunia ini. Maka dari itu Bulan Rabiul Awwal juga dikenal dengan Bulan Maulid.

Pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dibacakan doa, dzikir, kisah Rasulullah SAW, dan juga Qasidah Burdah. Qasidah Burdah merupakan khazanah sastra Islam berisikan sajak-sajak pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Juga terdapat pesan moral, nilai-nilai spiritual, dan semangat perjuangan Rasulullah SAW.

Kisah Qasidah Burdah berawal ketika Rasulullah SAW memberikan burdah atau jubahnya kepada Ka’ab bin Zuhair. Ka’ab memiliki kebiasaan menggubah syair yang menjelekkan Nabi dan para sahabat Nabi Muhammad SAW. Kelakuannya itu membuat para sahabat marah. Ka’ab pun lari dan bersembunyi sebab merasa jiwanya terancam.

Kemudian pada masa Pembebasan Mekkah, saudara Ka’ab, Bujair bin Zuhair mengirim surat kepadanya. Isi surat ini antara lain menyarankan Ka’ab untuk pulang dan menghadap kepada Rasulullah SAW. Sebab Rasulullah SAW tak akan membunuh orang yang bertobat.

Pasca mendapat surat dari saudaranya itu Ka’ab berniat pulang dan bertobat. Selanjutnya Ka’ab berangkat ke Madinah. Ka’ab kemudian menemui Abu Bakar Ash-Shiddiq. Melalui salah satu sahabat Rasulullah SAW ini Ka’ab menyerahkan diri kepada Rasulullah SAW.

Apa yang disampaikan saudaranya melalui sepucuk surat itu ternyata benar adanya. Usai bertobat di depan Rasulullah SAW, Ka’ab tak hanya dimaafkan namun juga mendapat sambutan kehormatan dari Rasulullah SAW. Begitu besarnya penghormatan Rasulullah SAW kepada Ka’ab hingga beliau melepaskan burdahnya dan menghadiahkan kepada Ka’ab.

Sebagai balasannya, Ka’ab kemudian menggubah Qasidah Banat Su’ad (Putri-putri Su’ad). Qasidah ini disebut juga Qasidah Burdah, terdiri dari 59 bait Puisi. Selanjutnya banyak para ulama yang menulis burdah untuk mengungkapkan kerinduan, kecintaan dan kemuliaan Rasulullah SAW.

Pada masa berikutnya hingga saat ini Burdah selalu dibacakan pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Bukan hanya di Indonesia, tapi juga di banyak negara berpenduduk muslim, baik yang mayoritas ataupun minoritas. Mereka semua mengumandangkan syair-syair Burdah pada peringatan lahirnya manusia Mulia, Nabi Muhammad SAW.

*Sumber: Majalah Alkisah No.04/22 Feb – 7 Maret 2010, Rubrik “Kisah Utama”.