Hikmah Alawiyah
Image default
Hikmah Manaqib

Belajar Cinta dari Sang Habib

Sejak kecil beliau dikenal dengan ibadahnya yang tekun. Bahkan beliau setiap malam berjalan keliling ke masjid-masjid kota Tarim, Hadramaut. Dalam perjalanan itu beliau menghabiskan waktu untuk shalat sunnah dan bermunajat kepada Allah SWT.

Bahkan di Masjid Suwaid, beliau sampai harus memanjat tembok masjid untuk masuk ke dalam dan melakukan shalat. Apa yang dilakukan beliau hampir tak diketahui oleh seorang pun. Beliau adalah al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad.

“Kami sering mendatangi masjid-masjid demi mencari berkah dari tempat-tempat ibadah dan tempat-tempat rukuk orang-orang shaleh terdahulu,” kata Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad.

Selain berkeliling di masjid-masjid Tarim, Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad juga rajin membaca wirid pada pagi dan sore hari. Beliau juga selalu menjalankan puasa sunnah hingga masa tuanya. Semua ibadah yang beliau kerjakan tak akan dapat dilakukan tanpa dorongan cinta kepada Allah SWT.

Nah, terkait cinta, Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad menerangkan bahwa cinta kepada Allah adalah adanya dorongan menjadikan Allah SWT sebagai Tuhannya. Dorongan perasaan seperti ini harus ada di hati setiap mukmin tanpa diiringi hal-hal yang bertentangan dengan kesucian dan keesaan Allah SWT.

Seseorang yang cinta kepada Allah menurut beliau harus mengerahkan semua kemampuannya untuk menaati dan mengabdi kepada Allah SWT, serta meninggalkan hal-hal yang membuat lalai dari Allah SWT, dan memperbaiki suluknya terhadap Allah SWT.

Kecintaan beliau kepada Allah SWT menyita segala perhatian beliau dari selain Allah SWT. Rasa cinta itu melebur hingga seluruh perhatiannya hanya kepada Allah SWT.

“Hatiku selalu mengingat-Nya meskipun kalian melihat ku berada di antara manusia,” kata Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad.

Bahkan beliau mengaku ingin hidup seorang diri di padang pasir yang sepi, sehingga dapat menikmati lezatnya munajat dan manisnya cinta kepada Allah SWT, sampai tak ada lagi yang mengenali dirinya selain Allah SWT.

Beliau melanjutkan, jika kebutuhan seluruh penduduk kota Tarim menjadi tanggung jawab beliau, hal itu tetap tak akan memalingkan perhatian beliau kepada Allah SWT sedikit pun. Sementara kesibukannya kepada manusia menurut beliau hanyalah sebatas penampilan lahir saja.

“Batinku tidak memikirkan apa pun selain Allah SWT,” kata Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad.

“Ada tiga perkara yang jika dimiliki oleh seorang yang beriman, maka ia akan merasakan manisnya iman: di antaranya, ia lebih mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya lebih dari yang lain,” (Sabda Nabi Muhammad SAW).

*Sumber: Buku Mengenal Lebih Dekat al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad.