Hikmah Alawiyah
Image default
Kitab/Buku Baru

Mahakiai M.Hasyim Asy’ari

“Sepanjang pengenalan dan pergaulan saya dengan K.H. M. Hasyim Asy’ari–hubungan dengannya ini sudah terjalin lebih dari 12 tahun–saya tidak pernah menjumpainya satu kali pun dia kasar dalam pembicaraan, atau marah-marah atau bersikap emosional. Saya selalu saja melihatnya dalam keadaan tersenyum ramah kepada setiap orang, bahkan sampai pada saat-saat yang paling genting atau saat-saat sulit.”

Begitu pengakuan seorang ulama dari Al-Azhar Mesir yang pernah berkunjung ke Indonesia, Syaikh Rabah Hassunah, terkait keluhuran akhlak Mahakiai K.H.M. Hasyim Asy’ari. Pengakuan itu terekam dalam sebuah buku berjudul “Al-‘Allamah Muhammad Hasyim Asy’ari, Peletak Dasar-Dasar Kemerdekaan Indonesia”, karya M. Asad Shahab.

Penulis merupakan cendikiawan keturunan Arab yang menjadi corong kemerdekaan Republik Indonesia melalui media Arabian Press Board (APB) yang didirikannya. Sehingga dia dikenal sebagai tokoh perjuangan pers nasional sekaligus diplomat yang bergaul dengan banyak tokoh nasional dan internasional.

Buku setebal 133 halaman ini penulis menjelaskan dengan padat dan jelas sosok salah satu ulama kharismatik Indonesia. Penulis mampu memilah dan menyusun bab-bab dalam kehidupan Sang Kiai. Mulai dari akhlaknya, kehidupannya, cita-cita, cuplikan peristiwa-peristiwa penting, para sahabat, dan guru-gurunya.

Buku yang dicetak 2019 dan diterbitkan oleh FORUM Bertukar Pikiran dan Yayasan Menara Center ini juga menceritakan bagaimana gigihnya Sang Kiai menentang dan melawan penjajahan Belanda hingga Jepang.

Bukan sekali-dua kali Sang Kiai mengeluarkan fatwa menentang Belanda dan Jepang, bahkan pidato-pidatonya juga memberikan semangat perjuangan bagi para santri dan umat Islam di Indonesia. Sehingga, beliau dianggap sebagai orang yang berbahaya bagi para penjajah di Indonesia.

Yang menarik, Penulis berjumpa langsung dengan Sang Kiai dan berinteraksi dengannya beserta orang-orang di sekitarnya. Artinya penulis menulis langsung hasil pengamatan dan bincang-bincangnya dengan Sang Kiai. Bukan menulis dari kabar yang disampaikan orang lain.

Yang menarik, buku aslinya yang dalam bahasa Arab ditulis pada saat K.H.M. Hasyim Asy`ari masih hidup—beliau wafat tahun 1947–kala orang yang bisa membaca di Indonesia jumlahnya masih terbilang sedikit. Terbit pertama kali di Beirut, Libanon pada 1971 dan baru dicetak serta diterjemahkan ke Bahasa Indonesia pada 1994.

Kehadiran buku ini menambah cakrawala kepingan-kepingan mozaik untuk mengambarkan sosok Hadlratusysyeikh K.H.M. Hasyim Asy’ari. Melengkapi penggalan-penggalan sejarah yang sebelumnya mungkin belum dituturkan oleh mereka yang juga pernah bertemu dengan Sang Kiai.