Hikmah Alawiyah
Image default
Kolom Mahya

Melibatkan Tuhan

Renungan Pagi

Ketika Amerika Serikat menginvasi Irak, presiden Bush mengatakan ‘Tuhan bersama kita’. Begitu pula Saddam Hussein menyampaikan hal yang sama. Diujung invasi ternyata tuhannya Bush yang menang, meski akhirnya Irak hancur berantakan dan tujuan akhir invasi Amerika Serikat tidak sepenuhnya tercapai.

Peristiwa diatas juga menunjukkan seakan-akan Tuhan itu banyak. Seakan Tuhan kita dan Tuhan mereka sedang bersaing. Padahal Tuhan kita dan Tuhan mereka hanya satu dan sama tetapi perwujudannya di benak manusia berbeda-beda karena beda agama dan penafsiran.

Belakangan kita juga menyaksikan di negeri kita Tuhan dilibatkan oleh berbagai pihak yang berseteru dalam perebutan politik kekuasaan. Banyak pihak merasa bahwa Tuhan berada di pihaknya dalam upaya meraih kekuasaan. Seakan orang-orang ini sedang merekrut Tuhan untuk menjadi anggota partainya atau menjadi konstituennya.

Memang ada ayat Qur’an dalam bentuk doa yang jelas mengatakan bahwa Tuhan memberi kekuasaan atau kerajaan (al-Mulk) kepada siapa yang dikehendakiNya dan mencabut kekuasaan dari siapa yang dikehendakiNya (QS 3:26). Namun al-Mulk disini, bila kita memerhatikan penyebab turunnya ayat yakni di saat Nabi mempersiapkan perang khandaq. Maknanya lebih berhubungan dengan kedaulatan atau penaklukan dalam perang.

Rasanya aneh bila Tuhan melibatkan diri dalam pertarungan politik untuk menentukan siapa pemenangnya. Menerapkan ayat tersebut dalam politik praktis akan lebih masuk akal bila persaingan politik selalu dimenangkan oleh politisi yang saleh dan adil. Kenyataannya tidak demikian. Bahkan perseteruan politik lebih sering dimenangkan oleh mereka yang lihai dengan segala tipu dayanya.

Kalaupun al-Mulk diartikan sebagai kekuasaan politik, ayat yang disebut diatas seyogyanya ditafsirkan bahwa Tuhan melakukan itu melalui tangan rakyat yang tertindas. Sejarah telah berkali-kali membuktikan bahwa tidak ada kekuasaan tanpa batas yang akan bertahan selamanya. Namun manusia tetap saja alpa ketika sedang berada dalam kekuasaan dan merasa kekuasaannya tidak akan runtuh dan akan bertahan selamanya, sampai rakyat bangun dan mencabut mandatnya. Sejajar dengan ungkapan Latin terkenal “Vox Populi Vox Dei“. Suara rakyat adalah suara Tuhan.

Penyalahgunaan agama berlanjut ketika salah seorang politisi senior membagi partai politik kedalam partai yang sepaham dengannya sebagai partai Allah (hizbullah), sedang lawannya partai setan (hizbusyaithan). Hizb yang berarti barisan dipelintir maknanya menjadi partai, padahal kita semua tahu bahwa di zaman Nabi tidak ada partai politik.

Tuhan memang selalu bersama kita. Memelihara dan mengawasi kita. Allah juga berjanji memenuhi permohonan orang beriman dengan syarat kita melaksanakan perintahNya. Manusia punya rencana dan Tuhan punya rencana. Hanya rencana manusia yang sejajar dengan rencana Tuhan yang akan terjadi. Karenanya manusia tak boleh sembarangan mengatasnamakan Tuhan dan mengklaim bahwa Tuhan berada dipihaknya. Paling kita hanya boleh berdoa semoga Tuhan merestui sikap dan jalan yang kita pilih.

Salah satu dosa besar manusia adalah keangkuhannya yang kadang-kadang melebihi iblis yang terusir dari sorga. Manusia memang sebaiknya terus menerus melibatkan Tuhan dalam kiprahnya tapi bukan dengan mendahului takdirnya. Apalagi dengan menaruh diri diatasNya. Cara melibatkan Tuhan yang benar adalah dengan selalu memohon petunjukNya dan memohon ampun atas segala kealpaan manusia yang lemah dan sembrono ini.

Wallah a’lam

AT – 14062018