Hikmah Alawiyah
Image default
Hikmah Kisah Kaum Shalihin

Habib Alwi al-Habsyi dan Sayyid Abdullah Shadaqah Dahlan Dua Sahabat dari Dua Keluarga Terkemuka

Pekan ini kota Solo, Jawa Tengah dibanjiri oleh peziarah yang mengikuti haul sang pengarang kitab Maulid Simthud Durar, Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi. Dari dulu hingga sekarang, kitab ini sering dibacakan pada peringatan maulid Nabi Muhammad SAW.

Habib Ali memiliki empat putra dan seorang putri dari dua istri. Sepeninggal Habib Ali pada tahun 1333 H atau 1911 M, salah seorang anak beliau yang bernama Habib Alwi pergi ke tanah Jawa dan selanjutnya menetap di Solo, Jawa Tengah. Di Solo Habib Alwi mendirikan Masjid Riyadh.

Sepeninggal Habib Alwi, beliau berwasiat agar anak beliau, Habib Anis meneruskan perjuangannya. Habib Anis kemudian melanjutkan peringatan haul kakeknya, Habib Ali yang selama ini oleh ayahnya selalu dilaksanakan di Solo. Kini, setelah Habib Anis wafat pada 2006, kegiatan Haul di Solo terus dilakukan oleh anak keturunan beliau, seperti ketika Habib Alwi masih hidup.

Habib Alwi sendiri ketika datang dari Hadaramaut, Yaman tak langsung ke Solo. Beliau pertama kali datang ke Batavia untuk mengunjungi kakaknya bernama Habib Ahmad. Hanya beberapa waktu di Batavia, Habib Alwi kemudian pindah dan tinggal di Garut. Di Garut ini beliau menikah dengan Syarifah Khadijah binti Ali Al-Gadri dan dikaruniai anak yang salah satunya adalah Habib Anis.

Syarifah Khadijah binti Ali Al-Gadri, ibu dari Habib Anis memiliki sudara perempuan bernama Syarifah Maimunah binti Ali Al-Gadri. Syarifah Maimunah ini menikah dengan sahabat Habib Alwi, Sayyid Abdullah Shadaqah Dahlan. Sayyid Abdullah Shadaqah Dahlan ini memiliki nasab tersambung ke wali quthb, Sayyid Abdul Qadir Al-Jilani hingga ke Sayyidina Hasan.

Sayyid Abdullah Shadaqah Dahlan lahir di Makkah pada 1291 H atau 1874 M. Beliau lahir dan dibesarkan dari keluarga terhormat dalam hal ilmu, keutamaan, dan kemuliaan di Hijaz. Dari jalur ayahnya, ia kemenakan dari Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan karena ayahnya bersaudara dengan tokoh sangat masyhur ini. Selain dari jalur ayahnya, dari jalur ibunya ia juga dari keluarga istimewa. Ibu Sayyid Abdullah Shadaqah Dahlan berasal dari keluarga terpandang, yaitu saudara perempuan Sayyid Abu Bakar bin Muhammad Zainal Abidin Syatha, yang dikenal dengan sebutan Sayyid Bakri Syatha.

Sayyid Bakri Syatha adalah pengarang kitab I’anah Ath-Thalibin, kitab fiqih madzhab Syafi’i yang menjadi rujukan populer dan dipelajari di mana-mana hingga sekarang. Keluarga ibunya berasal dari Dimyath, Mesir, termasuk keluarga Al-Hasani yang termasyhur di tanah Hijaz akan keilmuan dan keshalihannya.

Setelah dirasa memiliki ilmu yang cukup, Sayyid Shadaqah Dahlan melakukan perjalanan dakwah ke berbagai nigari untuk membagi ilmunya dengan kaum muslimin, sehingga ilmunya akan bermanfaat.

Setelah sebelumnya sempat pergi ke Aden, Lahj Zanjibar, maka pada 1900 M atau 1318 H, Sayyid Shadaqah Dahlan pergi ke Pulau Jawa. Pada kunjungan pertama ini beliau menetap selama setahun lima bulan lalu kembali ke Makkah.

Lima tahun kemudian pada 1909 M atau 1327 H, beliau kembali berlayar ke tanah Jawa. Pada kunjungan kedua ini beliau ikut membesarkan Madrasah Jamiat Kheir, bahkan kemudian sempat menjadi pimpinannya.

Tiga tahu kemudian, Sayyid Shadaqah Dahlan kembali ke Makkah untuk mengunjungi keluarganya. Di Makkah Sayyid Shadaqah Dahlan memiliki empat anak dari dua istri.

Pada 1928 M atau 1346 H, Sayyid Shadaqah Dahlan kembali ke Nusantara. Pada masa kembalinya ke Nusantara kali ini, Sayyid Shadaqah Dahlan membangun dan memperbaiki madrasah-madrasah di berbagai daerah, antara lain Madrasah al-Junaid di Singapura, madrasah-madrasah di Jambi, Palembang, dan Lampung. Beliau juga membangun masjid-masjid.

Pada tahun yang sama beliau kembali berlayar ke Makkah dan hanya menetap beberapa bulan di Makkah. Setahun kemudian beliau kembali ke tanah Jawa. Selama di Jawa beliau tak pernah berdiam diri. Beliau berangkat ke Makasar untuk mendirikan beberapa madrasah dan kembali ke Garut. Beliau kemudian menghabiskan sisa hidupnya di daerah yang paling disukainya itu sampai berpulang ke rahmatullah pada tahun 1943 M.

Di Garut beliau memiliki dua istri, salah satunya adalah Syarifah Maimunah binti Ali Al-Gadri, saudara dari ibu Habib Anis. Maka tak heran jika setiap haul di Solo seperti sekarang ini banyak rombongan dari Garut ikut hadir.