Setan tak akan pernah jera untuk menggelincirkan umat manusia dari jalan menuju Allah SWT. Secara harfiah setan adalah penyebutan bagi setiap sifat makhluk yang jahat, membangkang, tidak taat, suka bermaksiat dari jalan Allah SWT. Setan akan membawa manusia menuju kegelapan.
Soal setan sebagai musuh manusia ini telah banyak diterangkan dalam ayat suci Al-Qur’an, di antaranya adalah:
يَاأَيُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِى ٱلْأَرْضِ حَللًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطنِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian.”(QS. Al-Baqarah [2]: 168)
Namun bukan berarti tak ada cara bagi manusia untuk melawan setan. Salah satunya adalah dengan “puasa”. Lebih dari itu, puasa bisa dikatakan sebagai “deklarasi perang manusia melawan setan”.
Penyebutan itu tentu saja tak berlebihan, sebab Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin menyebut puasa sebagai pengekang setan yang menggoda manusia melalui syahwatnya. Sedang syahwat hanya bisa diperkuat dengan makan dan minum.
إنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنَ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ، فَضَيِّقُوا مَجَارِيَهُ بِالْجُوعِ، ذَكَرَهُ فِي الْإِحْيَاءِ
“Sesungguhnya setan itu menyusup dalam aliran darah anak Adam, maka persempitlah jalan masuknya dengan lapar (puasa).” (HR. al-Bukhari dan Muslim). Demikian disebutkan dalam kitab Ihya’ Ulumuddin.
Al-Ghazali melanjutkan, hawa nafsu adalah tempat bersenang-senang dan tempat bagi setan-setan bersembunyi. Maka bila hawa nafsu itu subur, maka tidak ada putus-putusnya setan-setan itu menjerumuskan manusia. Selama setan bebas mengkontrol manusia melalui hawa nafsunya, maka manusia akan menjadi budak setan dan akan semakin jauh manusia dari Allah SWT.
Saat berpuasa bukan berarti orang tidak sanggup untuk makan, minum, atau melakukan aktivitas lainnya yang dilarang saat berpuasa. Namun karena puasa, semua itu ditahan dan bersabar untuk tidak dilakukannya. Meskipun setan terus mendorong-dorong agar kita melanggarnya.
Jadi selama puasa hawa nafsu terkekang, selama itu pula setan juga terkekang. Karena setan bekerja melalui hawa nasfu, maka bila hawa nafsu terkekang, setan tidak akan bisa bekerja dengan baik. Setan akan terganggu.
Dalam berpuasa, orang mendeklarasikan untuk mengekang hawa nafsunya, artinya ini mengekang setan. Maka secara tidak langsung puasa menjadi “deklarasi perang manusia melawan setan”.
Selain sebagai upaya melawan setan, puasa juga mendekatkan manusia kepada Allah SWT. Caranya? Puasa merupakan satu-satunya ibadah sirr (rahasia), yaitu hanya pelaku puasa dan Allah SWT saja yang tahu apakah ia benar-benar berpuasa atau tidak. Imam al-Ghazali menyebutnya sebagai amalan batin dengan kesabaran semata-mata.
Ketika seseorang berpuasa, dirinya menyadari sejumlah larangan ketika menjalankan ibadah itu. Bisa saja ia melanggar larangan-larangan puasa tanpa orang lain tahu, namun hal itu tak dilakukan. Mengapa? Karena dia sadar bahwa Allah SWT selalu mengawasi, sehingga tak ada celah untuk melanggar larangan puasa.
Dari sini artinya puasa mendekatkan pelakunya dengan Allah SWT, sebab selalu merasakan kehadiran-Nya di setiap waktu. Jika dekat dengan Allah SWT, berarti menjauhi hawa nafsu dan otomatis jauh dari setan. Maka dengan mencegah hawa nafsu maka jiwa akan menjadi aman tentram dan menampakkan keperkasaan dalam membasmi musuh-Nya (setan), kata al-Ghazali.
Dengan hadirnya bulan suci Ramadhan, saat Allah SWT mewajibkan umat Islam untuk berpuasa, itu artinya Allah SWT memerintahkan manusia untuk melawan setan dengan puasanya selama satu bulan penuh. Maka wajar bila setiap bulan Ramadhan tiba umat Islam bergembira, sebab selama sebulan penuh itu umat Islam akan mengekang dan mengunci setan dengan puasanya.
Artinya puasalah yang mengekang setan, menutup pintu-pintu neraka. Kemudian dengan puasa itu, manusia mengetuk-ngetuk pintu surga.
Seperti Rasulullah SAW bersabda kepada ‘Aisyah ra, “Terus meneruslah engkau mengetuk pintu surga.” ‘Aisyah ra bertanya, “Dengan apa?”
Rasulullah SAW menjawab, “Dengan lapar!” (HR al-Bukhari-Muslim dari Shafiyah)
Setelah melalui perperangan dengan setan, maka manusia akan meraih cahaya, meraih kedekatan diri dengan Allah SWT, meraih ketaqwaan.
Seperti dalam firman Allah SWT:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 183).
*Sumber gambar: Faktajabar.co.id