Hikmah Alawiyah
Image default
Kolom Tamu

Kondisi Ruh Saat Berpuasa

Sayyid Muhammad Yusuf Aidid, S.Pd, M.Si
Dosen Agama Islam Universitas Indonesia

Manusia dianugerahkan Allah swt dengan dua potensi, potensi fisik dan potensi ruh. Potensi fisik berupa indra dan organ tubuh manusia. Potensi itu yang membuat manusia bisa menggunakan anggota badannya dalam bergerak, seperti berdiri, duduk, diam, berbaring, bersila, sujud, dan sebagainya. Gerakan-gerakan tersebut bisa terlihat dengan jelas dibandingkan dengan gerakan-gerakan hewan.

Sedangkan potensi ruh berupa potensi yang tidak dirasakan secara langsung oleh manusia. Karena bentuknya tidak terlihat secaranya nyata. Allah menyebutkan di dalam firman-Nya sebanyak dua puluh tiga kali. Salah satu firman-Nya yang berhubungan dengan hal tersebut yaitu pada QS Al-Isra’/17:85:

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ ۖ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”.

Ruh secara etimologi yaitu jiwa (Muhammad Yusuf al-Baqa’i:2008:295). Syekh Wahbah Zuhaili di dalam kitab Tafsir al-Munir menafsirkan kata ruh ini dari beberapa pendapat ulama. Diantaranya, Imam al-Razi (w.1209) berkata bahwa ruh yaitu zat yang halus lagi bebas. Sedangkan tubuh yang memberikan sifat baginya atas jasad yang membungkusnya. Sedangkan Imam Ghazali (w.505H) mengatakan bahwa ruh yaitu bukanlah jasad dan tidak bisa disentuh, ia menempel di tubuh, tubuhlah yang berhak mengontrol dan mengendalikannya. (Wahbah Zuhaili:2009:168:Jilid ke-8).

Namun apakah ruh seorang mukmin sama tempatnya dengan ruh orang non-muslim. Sebab jika kita melihat teks hadis Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA:

كُلُّ أُمَّتِي يدْخُلُونَ الْجنَّةَ إِلاَّ مَنْ أبَىَ”. قِيلَ وَمَنْ يَأَبى يَا رَسُول اللَّه؟ قالَ:”منْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الجنَّةَ، ومنْ عصَانِي فقَدْ أَبَى”

“Setiap umatku masuk syurga kecuali mereka yang tidak mau. Lantas Rasulullah ditanya, siapa yang tidak mau masuk syurga wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab, Barang siapa yang taat kepada ku makan ia masuk syurga, dan siapa yang membangkang dari ku maka sungguh ia menolak syurga”.

Melalui teks hadis tersebut Imam Jalaluddin al-Suyuthi berkata, “Arwah-arwah orang-orang mukmin yang taat kepada Allah ada di illiyin (tempat yang mulia) dan arwah-arwah para kafir bertempat di sijjin (penjara). Ia menambahkan bahwa setiap ruh bergantung pada jasadnya yang bersambung pada watak dan sifatnya.” (Jalaluddin al-Suyuthi:1985:16).

Pada tafsir Ibnu Katsir, diriwayatkan dari Hilal bin Yasaf, ia berkata, “Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bertanya kepada Ka’ab tentang Sijjiin, sedangkan aku hadir ketika itu. Maka Ka’ab menjawab, ‘Sijjiin yaitu bumi ketujuh, dan di dalamnya terdapat ruh-ruh orang kafir.” Lalu Ibnu ‘Abbas bertanya tentang ‘Illiyyiin. Maka Ka’ab menjawab, “Illiyyiin yaitu langit ketujuh, dan di dalamnya terdapat ruh-ruh orang-orang yang beriman.” Demikian juga pendapat yang lainnya, bahwa ‘Illiyyiin itu di langit ketujuh.( Imaduddin Abu Al-Fida:2017:421)

Pernyataan di atas harus diapresiasi oleh seorang mukmin, dengan semaksimal mungkin bisa menyelamatkan ruh-nya dan bisa menempatinya di tempat terbaik. Imam Ghazali menyatakan bahwa selamatnya jasad manusia yaitu dengan menyedikitkan makan, selamatnya ruh dengan menyedikitkan dosa, dan selamatnya agama yaitu dengan shalat cara nabi Muhammad. (Imam Ghazali:2010:7).

Salah satu yang menyelamatkan ruh yaitu dengan menunaikan ibadah di bulan Ramadhan. Sebab arti Ramadhan secara etimologis yaitu bulan yang meleburkan dosa-dosa. Dengan demikian ada kegembiraan dan kebahagiaan pada ruh pada bulan tersebut karena dosa-dosa diampuni. Sehingga kondisi tersebut terlihat pada kesabaran seseorang yang menjalani puasa dengan menahan hal-hal yang berkaitan dengan hawa nafsu.

Maka bisa dikatakan bahwa sakitnya ruh diakibatkan oleh hawa nafsu. Sehingga Allah menganugerahkan Ramadhan untuk menyehatkan ruh sekaligus jasad melalui medium puasa. Sebagaimana Nabi Muhammad Saw bersabda yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, “Berpuasalah kalian niscaya kamu akan sehat”.

Habib Muhammad bin Abdullah al-Haddar mengungkapkan bahwa tidak sempurna puasa seseorang kecuali dengan meninggalkan maksiat dan perdebatan. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw,

الصيام جنة. فإذا كان أحدكم صائما، فلا يرفث، ولا يجهل. فإن امرؤ قاتله، أو شاتمه، فليقل: إني صائم، إني صائم

Puasa itu adalah perisai, maka apabila seorang dari kalian sedang melaksanakan puasa, janganlah dia berkata rafats (kotor) dan jangan pula bertingkah laku jahil (sepert mengejek, atau bertengkar sambil berteriak). Jika ada orang lain yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka hendaklah dia mengatakan “Aku orang yang sedang puasa, Aku orang yang sedang puasa”. (HR Bukhari dari Abu Hurairah).

Lalu timbul pertanyaan bagaimana ketika seseorang berpuasa akan tetapi dirinya masih diliputi hawa nafsu? Disinilah ruhnya merasa kecewa karena dirinya tidak bisa mengkontrol emosinya. Sehingga Nabi memberikan statement, “Ada lima hal seorang yang berpuasa harus berbuka, karena ia telah mengkaburkan pahala puasa tersebut dengan melakukan kebohongan, membicarakan kejelekan orang lain, mengadu domba, bersumpah palsu, dan memperlihatkan syahwatnya.”

Untuk itu, muliakan bulan Ramadhan dengan puasa dan ibadah sunnah. Karena ibadah-ibadah tersebut akan berimplikasi positif bagi ruh dan jasad. Sebagaimana pesan Habib Muhammad bin Abdullah al-Haddar, “Wahai umat Muslim, Ramadhan adalah tamu kalian yang mulia, dia kembali kepadamu maka ucapkan alhamdulillah, serta penuh hangat memberikan salam untuknya. Lalu muliakanlah ia dengan puasa dan mendirikan ibadah lainnya, beri’tikaf di rumah-rumah Allah serta membaca al-Quran. Janganlah kalian mengalihkan perhatian kalian dari mendirikan waktu-waktu ketaatan (ibadah) pada bulan tersebut hanya untuk kepentingan harta-harta dan anak-anak kalian.”(Muhammad al-Haddar:2003:16)

*Sumber Gambar: Banjarmasin Post