Hikmah Alawiyah
Image default
Kolom Tamu

Maulid dalam Goresan Pena Ulama (Bagian 2)

Di era sekarang ini pun, Al-Allamah Al-Habib Umar bin Hafidz juga telah menambah khazanah kepustakaan kitab Maulidi Nabi dengan menuliskan sebuah kitab Maulid yang diberinya judul Ad-Dhiya` Al-Lami`.

Sangat Mengerti Hadits
Nama-nama para penulis kitab Maulid di atas beserta judul-judul kitabnya hanyalah sebagian dari sekian banyak yang pernah menulisnya. Kebanyakan mereka adalah para hafizh (penghafal hadits), muhaddits (ahli hadits), dan ulama yang termasyhur.

Hafizh adalah sebutan bagi orang yang telah menghafal setidaknya seratus ribu hadits berikut sanadnya. Dan mereka telah terlebih dahulu menghafal Al-Quran. Tentunya mereka menyusun kitab Maulid berdasarkan ilmu mereka yang bagaikan samudera. Riwayat yang mereka tuliskan berdasarkan hadits-hadits shahih yang mereka ketahui sanadnya. Jelaslah bagi umat Islam bahwa momentum Maulid Nabi begitu dimuliakan oleh para ulama silam.

Tidak sedikit kitab Maulid yang ditulis dalam bentuk syair dan mempunyai nilai sastra yang sangat tinggi. Rasulullah sendiri amat senang akan syair yang indah. Tercatat di dalam hadits riwayat Al-Bukhari di dalam al-Adab al-Mufrad dan kitab-kitab lain, Rasulullah SAW bersabda, “Terdapat hikmah di dalam syair.” Bahkan sepupu beliau, Al-`Abbas, mengarang syair yang memuji kelahiran Nabi SAW:

Kala dikau dilahirkan
bumi bersinar terang
Hingga nyaris pasak-pasak bumi
tak mampu menanggung cahayamu

Dan kami dapat terus melangkah
lantaran sinar, cahaya
dan jalan yang terpimpin

Petikan itu tercatat di dalam kitab as-Suyuthi, Husn al-Maqashid, dan di dalam kitab Ibnu Hajar, Fath al-Bari. Di antara kitab Maulid yang ada, Maulid al-Barzanji adalah yang paling terkenal.

Pancaran kharisma Nabi Muhammad SAW terpantul dalam puisi-puisi karya ini. Seuntai gita untuk pribadi utama, yang didendangkan dari masa ke masa. Di Indonesia, kita biasa menyebutnya Kitab Barzanji atau Syair Barzanji. Di berbagai belahan dunia Islam, syair Barzanji lazimnya dibacakan dalam kesempatan memperingati Maulid Nabi. Tetapi sudah lazim pula di berbagai negeri, tak terkecuali di negeri kita, syair Barzanji didendangkan di kala menyambut bayi yang baru lahir dan mencukur rambutnya. Ada pula yang menghadirkan kisah Barzanji dalam sebuah pementasan.

Sepintas Ja’far Al-Barzanji
Karena begitu terkenalnya kitab Maulid ini, ada baiknya kita mengenal sekilas tentang Al-Barzanji dan karyanya. Ja`far Al-Barzanji adalah qadhi (hakim) dari Madzhab Syafi`i yang bermukim di Madinah. Ia adalah salah seorang keturunan dari cendekiawan besar, Muhammad bin Abdur Rasul bin Abdus Sayyid Al-`Alawi Al-Husaini Al-Musawi Ash-Shaharzuri Al-Barzanji (1040-1103 H/1630-1691 M), mufti besar Madzhab Syafi’i di Madinah.

Sang mufti (pemberi fatwa) berasal dari Shaharzur, kota kaum Kurdi di Iraq, lalu mengembara ke berbagai negeri sebelum bermukim di Kota Nabi, Madinah. Setelah meninggal, ia bersama sejumlah keturunannya bersemayam di Makam Al-Baqi, Madinah.

Dalam bukunya, Dan Muhammad adalah Utusan Allah: Penghormatan terhadap Nabi SAW dalam Islam (1991), sarjana Jerman peneliti Islam, Annemarie Schimmel, menerangkan bahwa teks asli karya Ja`far Al-Barzanji dalam bahasa Arab sebetulnya berbentuk prosa. Namun, para penyair kemudian mengolah kembali teks itu menjadi untaian syair.

Untaian syair itulah yang tersebar ke berbagai negeri di Asia dan Afrika, tak terkecuali Indonesia. Tidak tertinggal oleh umat Islam penutur bahasa Swahili di Afrika atau penutur bahasa Urdu di India, kita pun dapat membaca versi bahasa Indonesia dari syair itu. Misalnya hasil terjemahan H.A.A. Dahlan atau Ahmad Najieh, meski sulit untuk sepenuhnya mewadahi kekuatan puitis yang terkandung dalam bahasa Arab ke dalam bahasa kita sejauh ini.

Secara sederhana kita dapat mengatakan bahwa karya Ja`far Al-Barzanji merupakan biografi puitis Nabi Muhammad SAW. Dalam garis besarnya, karya ini terbagi dua: natsar (prosa) dan nazham (puisi). Bagian natsar terdiri atas 19 sub-bagian yang memuat 355 untaian syair, dengan mengolah bunyi “ah” pada tiap-tiap rima akhir. Seluruhnya mengurutkan riwayat Nabi Muhammad SAW, mulai dari saat-saat menjelang beliau dilahirkan hingga masa-masa mendapat tugas kenabian.

Sementara, bagian nazham terdiri atas 16 sub-bagian yang memuat 205 untaian syair dengan mengolah rima akhir “nun”. Demikian sekilas tentang Al-Barzanji dan karyanya.