Hikmah Alawiyah
Image default
Sejarah

FAQIH MUQADDAM MUHAMMAD BIN ALI BAA’ALAWI

Nasab Keturunan

Beliau adalah Abu Abdillah Jamaluddin Muhammad bin Ali bin Muhammad Sohib Mirbat bin Ali Kholi’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Muhajir bin Isa Rumi bin Muhammad Naqib bin Ali Al Uraidhi bin Jakfar Sodiq bin Muhammad Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husein bin Fathimah Az-Zahra binti Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam.

Kehidupan dan Pendidikan

Beliau dilahirkan pada tahun 574H di kota Tarim, Hadaramaut, Yaman. Beliau adalah satu-satunya anak lelaki dari Imam Ali bin Muhammad Sohib Mirbat yang menurunkan lebih dari 75 keluarga Sadah Baalawi. Imam Faqih Muqaddam memiliki semangat dan mujahadah yang kuat dalam menuntut ilmu.

Beliau menguasai berbagai jenis ilmu dan menggapai derajat sebagai mujtahid. Imam Muhammad bin Abu Bakar Syili, pengarang kitab Masyra’ Rawi mengatakan bahwa Imam Faqih Muqaddam adalah maha guru ilmu syariat dan hakihat serta mahkota para ahli makrifat.

Beliau menimba ilmu dari beberapa imam dan yang utama adalah Imam Al Allamah Al Faqih Abu Hasan bin Ahmad bin Salim bin Muhammad bin Ali bin Salim bin Marwan Al Hadrami. Beliau merupakan seorang penulis buku dan kitab fatwa yang agung.

Beliau juga banyak menerima ilmu dari Syaikh Salim bin Fadl dan Imam Al Faqih Abdullah bin Abi Ubaid. Bahkan, mereka tak akan memulai pengajiannya sebelum Imam Faqih Muqaddam hadir ke tempat mereka mengajar.

 

Amal Ibadah dan Mujahadah

Sejak kecil beliau dikenal sebagai seseorang yang kuat amal ibadah dan mujahadahnya. Sampai suatu ketika beliau pernah tak sadarkan diri karena sibuk menuntut ilmu dan tidak memperhatikan makan dan minum.

Anaknya pernah ingin menyuapi sedikit makanan kepadadnya, karena melihat beliau terlalu lama tidak makan, tetapi beliau menolak. Di saat akhir hayatnya, ketika anaknya menyuapkan sedikit makanan ke dalam mulutnya, dari mulutnya terdengar suara mengatakan, “Apabila kamu merasa kesusahan terhadapnya maka kami yang akan menerimanya, apabila kamu membiarkannya tidak makan niscaya dia akan terus hidup.”

Beliau selalu menyendiri (khalwat) dan berzikir kepada Allah Swt. di gunung Nua’ir. Imam Alwi Ghuyur, Imam Abdurrahman Assegaf, Imam Abu Bakar Sakran, Imam Abdullah Alaydrus, serta banyak para ulama lain, menjadikan tempat khalwat Imam Faqih Muqaddam sebagai tempat khusus untuk mereka lari dari manusia dan berzikir beribadah kepada Allah Swt. sama seperti apa yang dicontohkan Imam Faqih Muqaddam.

Kisah

Imam Faqih Muqaddam dalam riwayat hidupnya, seringkali mengabarkan peristiwa yang akan terjadi dan kemudian peristiwa tersebut benar terjadi. Di antara peristiwa itu adalah ketika beliau mengabarkan akan terjadi kebakaran besar di kota Bahgdad dan kejadian ini menjadi nyta. Beliau mengabarkan akan terjadi banjir besar dengan berkata, “Sesungguhnya lautan telah mengalami air pasang yang besar.

Ternyata setelah itu banjir besar terjadi di Hadramaut dan hampir 400 orang wafat. Banjir juga terjadi di kota Baghdad pada bulan Jumadil Akhir tahun 654H. Beliau juga mengabarkan kebakaran akan terjadi di masjid Nabawi dan ternyata pada hari pertama Ramadhan 656H, terjadi kebakaran di masjid Nabawi.

Pernah suatu kali beliau tidak ikut ziarah kubur Nabi Hud a.s dan beliau bercerita, “Ketika aku sedang duduk di bawah tempat yang tinggi atapnya, tiba-tiba datanglah Nabi Hud a.s menghampiriku sambil menundukan kepala agara tidak terkena atap lalu berkata: “Wahai Syaikh, bila kamu tidak mengunjungi kami, kami akan mengunjungimu.” Lalu aku bertanya: “Darimana engkau datang?” maka Nabi Hud a.s menjawab: “Aku baru saja menziarahi anakku Hadun a.s

Pernah juga saat beliau duduk bersama para sahabatnya, tiba-tiba datanglah nabi Khidir a.s menyerupai seorang badui sambil membawa mentega di atas kepalanya. Beliau bangun dan mengambil mentega itu dari kepalanya dan memakannya. Para sahabat merasa heran dan bertanya, “Siapa orang itu?” lalu beliau menjawab, “Dia adalah Nabi Khidir a.s

Imam Faqih Muqaddam wafat pada malam Jumat akhir bulan Dzulhijjah 653H/1233M dan dikuburkan di pemakaman Zanbal. Beliau meninggalkan 5 orang anak yaitu Abdur Rahman, Ahmad, Alwi Ghuyur, Ali, dan Abdullah. Dari keturunan Alwi Ghuyur dan Ali inilah berkembang para keturunan Sadah Alawiyyin.

Sumber:

Nasri, Irfan Nazhan Mohd. 2016. Tarim dan Sekitarnya, Kota Ahli Bayt dan 1001 Auliya. Hadramaut. PERMAYA.