Hikmah Alawiyah
Image default
Sejarah

Syaikh Abdullah Al Aydrus bin Abu Bakar Sakran

Nasab Keturunan

Beliau adalah Syaikh Abdullah Al Aydrus bin Abu Bakar Sakran bin Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi Ghuyur bin Muhammad bin Ali bin Muhammad Sohib Mirbat bin Ali Kholi’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Muhajir bin Isa Rumi bin Muhammad Naqib bin Ali Al Uraidhi bin Jakfar Sodiq bin Muhammad Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husein bin Fathimah Az-Zahra binti Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam.

Kehidupan dan Pendidikan

Beliau lahir pada tanggal 10 Dzulhijjah 811H. Ketika berumur 8 tahun, ayahnya wafat. Syaikh Umar Muhdhor, pamannya, memberikan curahan ilmu dah tarbiyah zahir bathin kepada beliau dan saudaranya menggantikan tempat ayahnya, sampai beliau berumur 10 tahun.

Beliau belajar Al Qur’an kepada Sayyid Mukasyif Muhammad bin Umar Baalawi. Beliau juga mempelajari ilmu fiqh dan lainnya dari banyak alim ulama di zamannya seperti Al Faqih Sa’ad bin Ubaidillah, Al Faqih Abdullah Baharawah dan lainnya. Beliau mempelajari kitab Tanbih, Minhaj Imam Nawawi, dan Khulasoh berkali-kali, sehingga beliau hampir hafal isi semua kitab tersebut.

Beliau mempelajari kitab tasawuf dengan Syaikh Umar Muhdhor dan sangat mengagumi kitab Imam Ghazali terutama kitab Ihya ‘Ulumuddin. Beliau membaca berkali-kali dan hampir hafal semua isi kandungan kitab tersebut.

Dalam untaian nasehat-nasehatnya, beliau selalu berpesan untuk mengamalkan isi kandungan kitab Ihya ‘Ulumuddin. Dalam nasehatnya yang lain beliau mengatakan, “Beruntunglah, beruntunglah, beruntunglah bagi mereka yang mempelajari kitab Ihya ‘Ulumuddin atau menulis atau mendengarsaja.”

Amal Ibadah dan Mujahadah

Sewaktu berumur 6 tahun, beliau sudah melatih diri dengan hanya memakan buah-buahan kering. Beliau pernah berpuasa selama 2 tahun dan hanya makan 7 butir kurma di waktu malam. Ibunya yang kasihan membawakan beliau roti, namun hanya dimakan sedikit saja untuk menyenangkan hati ibunya. Beliau pernah berkata, “Pada awalnya aku hanya membaca kitab-kitab tasawuf, kemudian aku mencoba untuk melatih diriku untuk bermujahadah seperti mereka.”

Syaikh Abdullah Al Aydrus senantiasa melatih dirinya dengan kezuhudannya hingga pernah duduk di tempat sampah. Sayyid Muhammad Abu Bakar Syili dalam kitab Masyra’ Rawi mengatakan, “Kedermawanannya bagai seorang amir, tawadhu’nya bagai seorang faqir.” Beliau memegang kedudukan Qutub pada zamannya dan menjadi rujukan para alim ulama di dalam maupun luar negerinya.

Syaikh Umar Muhdhor mengatakan, “Tidaklah aku menikahkan Syaikh Abdullah Al Aydrus dengan anaku Aisyah, setelah aku melihat di dalam dirinya kesempurnaan dan rahasia-rahasia Baalawi di dalam dirinya.” Syaikh Umar Muhdhor wafat saat Syaikh Abdullah Al Aydrus berumur 25 tahun.

Kisah dan Peristiwa

Seperti yang terjadi pada kakek dan pendahulu beliau, Syaikh Abdullah Al Aydrus pun tidak dapat tidur di waktu malam. Sebab jika beliau miring ke kanan akan melihat surga dan jika miring ke kiri akan melihat neraka.

Pada saat pelantikan Syaikh Muhammad bin Hasan Jamalullail menjadi pemimpin di zamannya, beliau menolak dan mengatakan bahwa Syaikh Abdullah Al Aydrus yang pada waktu masih kecil, lebih layak memegang jabatan pemimpin. Perkaran ini tidak membuat semua senang dan kebanyakan mereka berfikir bahwa Syaikh Abdullah Al Aydrus masih kecil dan tidak memiliki keistimewaan.

Melihat hal ini, Syaih Muhammad bin Hasan Jamalullail pun mengundang semua alim ulama datang ke rumahnya untuk menghadiri jamuan. Sebelum jamuan dimulai, Syaikh Muhammad menangkap syaitan dan mengubahnya menyerupai seorang wali.

Semua orang yang datang kemudian bersalaman mencium tangan syaitan yang sudah menyerupai wali kecuali Syaikh Abdullah Al Aydrus, beliau berkata, “Kenapa dia ada di sini? Dia bukan manusia tetapi syaitan!” lalu beliau menampar syaitan tersebut. Syaikh Muhammad bin Hasan Jamalullail pun berkata, “Nah, sekarang lihatlah kehebatan anak kecil ini.” dan para tamu yang hadir terdiam dan membenarkan kata-kata Syaikh Muhammad bin Hasan Jamalullail.

Beliau wafat pada Ahad 12 Ramadhan 865H di A’bul, di sebuah desa dekat kota Syihir dan dimakamkan di Zanbal. Beliau dimakamkan bersebelahan dengan istrinya dan di ujung makamnya terdapat makam Habib Jakfar bin Ahmad Al Aydrus, ayah dari Habib Ali, Batu Pahat, Malaysia.

Beliau meninggalkan 4 orang anak laki-laki yaitu Abu Bakar Al Adni (Shohib Aden yang masyur karomahnya menurunkan hujan susu), Alwi, Syaikh, dan Husein, serta 3 orang anak perempuan yaitu Ruqayyah, Khadijah, dan Ummu Kultsum.

Sumber:
Nasri, Irfan Nazhan Mohd. 2016. Tarim dan Sekitarnya, Kota Ahli Bayt dan 1001 Auliya. Hadramaut. PERMAYA.