Hikmah Alawiyah
Image default
Kabar Mahya

Museum yang Menyimpan Karya-Karya Syaikhona Kholil Bangkalan akan Segera Terwujud

Seringkali Syaikhona Kholil Bangkalan dikenal dari sisi keramatnya saja, padahal beliau seorang intelektual Islam yang memiliki karya-karya bernilai keilmuan tinggi.

 

Jakarta (MAHYA)- Majelis Hikmah Alawiyah (MAHYA) menyambut antusias pembangunanan Museum Karya Syaikhona Kholil Bangkalan yang saat ini prosesnya masih dikerjakan oleh Lajnah Turots Ilmi Syaikhona Kholil. Lokasi museum berada di sebelah Selatan Makam Syaikhona Kholil di Bangkalan, dan akan diisi dengan kitab-kitab karya beliau serta sejumlah  barang peninggalan lainnya.

Saat ini proses pengumpulan kitab-kitab atau biografi yang terkait dengan Syikhona Kholil masih terus dilakukan. Pengumpulan materi ini dilakukan dengan mengunjungi ke majelis-majelis taklim binaan Syaikhona Kholil, rumah istri beliau, dan juga sejumlah lokasi yang menyimpan karya-karya beliau.

Anggota Tim Lajnah Turots Ilmi Syaikhona Kholil, Usman Hasan, mengungkapkan, banyak lokasi yang sudah didatangi oleh tim yang bertugas mengumpulkan materi, “Mereka mengumpulkan sebanyak mungkin informasi-informasi tentang Syaikhona Kholil, misalnya kitab-kitab,  yang kemudian nanti kita telusuri, kita telaah, lalu bila memungkinkan kita akan cetak ulang,” ujar Usman.

Dalam rangka pengmpulan materi biografi Syaikhona pula, Usman Hasan kemudian menyambangi Perpustakaan Kanzul Hikmah MAHYA, pada Senin (20/07). Kunjungannya ke MAHYA didasari pada fakta menarik bahwa  Syeikh Yasin Al Fadani, salah satu ulama Mekkah keturunan Sumatera Barat, menyebut Syaikhona Kholill Bangkalan dalam sejumlah kitabnya, dimana sumbernya disebutkan berasal dari kitab karya Habib Salim bin Jindan.

“Kami membaca beberapa karya Syeikh Yasin Al Fadani, dan beliau beberapa kali menyebut nama Syaikhona Kholil Bangkalan dalam kitabnya, dimana disebutkan bahwa sumbernya dari tulisan Habib Salim Jindan, karena itu kami ingin menelusuri ini dengan mendatangi MAHYA untuk mencari tahu kitab-kitab karya Habib Salim Jindan,” tutur Usman.

Sumber atau informasi seperti ini memang penting ditelusuri demi menjaga otentifikasi sejarah tentang karya-karya Syikhona Kholil. “Artinya, ini menjadi bukti bahwa Syaikhona Kholil memang tokoh ulama yang memiliki jejak keilmuan di masa lalu,” sambung Usman.

Apalagi kecenderungan yang terjadi selama ini Syaikhona Kholil Bangkalan dikenal dari sisi keramatnya saja, padahal beliau seorang intelektual Islam yang memiliki karya-karya bernilai keilmuan tinggi.

“Beliau seorang muhaqqiq, yang jika berbicara, selalu berdasarkan data, dalil, atau argumen yang kuat. Misalnya dalam beberapa karyanya beliau   menuliskan kalimat pembuka kitab “bismillahirrahmanirrahim” dengan tinta warna merah, sedangkan isi kitabnya bertinta hitam. Beliau menulis catatan kaki di bawahnya, menerangkan bahwa tulisan merah itu untuk memuliakan sifat Allah dalam kalimat tersebut,” terang Usman.

Karenanya, menurut Usman, membangun museum yang mengumpulkan dan menyimpan karya-karya Syaikhona Kholil menjadi ide yang penting untuk dilaksanakan. Selain sebagai warisan kebendaan berupa fisik buku atau kitab, tetapi juga menjadi warisan pengetahuan untuk generasi mendatang.

Terkait kemajuan pembangunan museum, disebutkan saat ini secara fisik bangunan sudah mencapai 80%, sedangkan pengumpulan kitab-kitabnya sudah 60%. Jika sesuai rencana, Museum Karya Syaikhona Bangkalan akan selesai pada awal  2021.(YAS)