Hikmah Alawiyah
Image default
Hikmah Manaqib

Abuya Muhammad Bin Sayyid Alawi Al-Maliki Ulama Besar Abad 20

As Sayyid Prof. Dr. Muhammad Bin Sayyid Alawi Al-Maliki Al-Hasani adalah ulama besar Mekkah yang pernah terlahir di abad 20.  Beliau lahir dan hidup pada periode modern, dimana Islam mengalami tantangan berat, yakni terpecah-pecahnya umat Islam karena perbedaan pandangan, termasuk pandangan politik.

As Sayyid Prof. Dr. Muhammad Bin Sayyid Alawi Al-Maliki dikenal sebagai intelektual Islam yang berani menyampaikan pandangannya secara terbuka. Meski karena keberaniannya itu, beliau harus ditahan, dicabut paspornya, bahkan kedudukan beliau sebagai profesor di Umm Ul-Qura pun dicabut Pemerintahan Arab Saudi.

Perlakuan itu beliau terima usai menulis sebuah karya gemilang berjudul Mahafim Yujibu an-Tusahhah (Konsep-Konsep yang Perlu diluruskan). Buku ini banyak mengundang reaksi ulama-ulama negeri itu.

Tapi semua yang beliau alami tidaklah membuatnya kendur. Semangatnya untuk berdakwah dengan metode yang lembut tetap menyala. Beliau pernah hadir memberikan pandangannya dalam “Hiwar Fikri” di Mekkah pada 1424 H (2003). Di sana beliau menyampaikan pendapatnya tentang thatarruf atau yang lebih populer disebut ajaran beraliran fundamentalis atau ekstrimis. Beliau menolak ajaran tersebut.

As Sayyid Prof. Dr. Muhammad Bin Sayyid Alawi Al-Maliki atau murid-muridnya di Indonesia memanggilnya dengan sebutan Abuya adalah ulama bersosok lembut. Beliau dalam kalamnya kerap menyatakan, bahwa : “Aku terlebih dahulu mengajarkan akhlak dan moral, sebelum aku mengajarkan ilmu dan kitab,” atau “Akhlak lebih di dahulukan daripada ilmu.”

Pengajaran ahlak dan adab sebelum seseorang mempelajari ilmu agama yang lain menurut Abuya adalah sesuatu yang mutlak.  Sementara terkait penyebaran dakwah beliau memiliki sikap : “Amar makruf dan nahi munkar harus dilakukkan dengan sikap bijak, lembut, dan bertahap.”

Abuya juga sosok yang sangat dekat dengan Indonesia. Selain kerap berkunjung ke Indonesia,  banyak ulama besar Indonesia menjadi murid beliau, diantaranya KH Maimoen Zubair (pengasuh Ponpes Al-Anwar, Sarang, Rembang), KH Luthfi Basori (Malang), Habib Thahir Al Kaff. Bahkan beliau memiliki hubungan khusus dengan Abdurahmman Wahid (Gus Dur).

Kakek Abuya Maliki, merupakan guru dari KH. Hasyim Asyari pendiri NU sekaligus kakek dari Gus Dur. Tidak hanya itu, menurut cerita, pesantren yang beliau dirikan di Rusaifah, sebelah utara Mekkah, merupakan  anjuran dari Al Habib Ali bin Husain Al Atthas (Habib Ali Bungur).

Pesantren tersebut  telah melahirkan ribuan lulusan yang saat ini menjadi ulama berpengaruh di Indonesia. Pada masa kini bahkan Pesantren Abuya Sayyid Ahmad bin Muhammad Alawy Al Maliki Al Hasani (demikian nama pesantren itu disebut), adalah salah satu pesantren yang paling dituju para santri Indonesia selain di Yaman.

Perjalanan Hidup

As Sayyid Prof. Dr. Muhammad Bin Sayyid Alawi Al-Maliki Al-Hasani lahir  di kota suci Makkah tahun 1365 H (1946 M). Pendidikan pertamanya adalah Madrasah Al-Falah, Makkah, dimana ayah beliau Sayyid Alawi bin Abbas al Maliki sebagai guru agama di sekolah tersebut yang juga merangkap sebagai pengajar di halaqah di Haram Makki, dekat Bab As-salam

Ayah beliau, Sayyid Alwi bin Abbas Al Maliki (kelahiran Makkah th 1328H), seorang alim ulama terkenal dan ternama di kota Makkah. Disamping aktif dalam berdawah baik di Masjidil Haram atau di kota kota lainnya yang berdekatan dengan kota Makkah seperti Thaif, Jeddah dll, Sayyid Alwi Almaliki adalah seorang alim ulama yang pertama kali memberikan ceramah di radio Saudi setelah salat Jumat dengan judul “Hadist al-Jumah”.

Ayah beliau juga seorang Qadhi yang selalu di panggil masyarakat Makkah jika ada perayaan pernikahan. Selama menjalankan tugas da’wah, Sayyid Alwi bin Abbas Almaiki selalu membawa kedua putranya Muhammad dan Abbas. Mereka berdua selalu mendampinginya kemana saja ia pergi dan berceramah baik di Makkah atau di luar kota Makkah.

Setelah ayahnya wafat, Abuya tampil sebagai penerus ayahnya. Dan sebelumnya ia selalu mendapatkan sedikit kesulitan karena ia merasa belum siap untuk menjadi pengganti ayahnya. Maka langkah pertama yang diambil adalah ia melanjutkan studi dan ta’limnya terlebih dahulu.

Beliau berangkat ke Kairo dan Universitas al-Azhar Assyarif merupakan pilihanya. Setelah meraih S1, S2 dan S3 dalam fakultas Hadith dan Ushuluddin beliau kembali ke Makkah untuk melanjutkan perjalanan yang telah di tempuh sang ayah. Disamping mengajar di Masjidi Haram di halaqah, beliau diangkat sebagai dosen di Universitas King Abdul Aziz- Jeddah dan Univesitas Ummul Qura Makkah bagian ilmu Hadis dan Usuluddin.

Cukup lama beliau menjalankan tugasnya sebagai dosen di dua Universiatas tsb, sampai beliau memutuskan mengundurkan diri dan memilih mengajar di Masjidil Haram sambil menggarap untuk membuka majlis ta’lim dan pondok di rumah beliau. Dari pondok inilah kelak lahir ribuan ulama yang membawa panji Rasulullah ke seluruh pelosok permukaan bumi.

Sayid Muhammad Al Maliki dikenal sebagai guru, pengajar dan pendidik yang tidak beraliran keras, tidak berlebih-lebihan.  Dalam kehidupannya beliau selalu bersabar dengan orang-orang yang tidak bersependapat baik dengan pemikirannya.

Karya Tulis 

Di samping tugas beliau sebagai da’i, pengajar, pembibing, dosen, penceramah dan segala bentuk kegiatan yang bermanfaat bagi agama, beliau pula seorang pujangga besar dan penulis unggul. Tidak kurang dari 100 buku yang telah dikarangnya, semuanya beredar di seluruh dunia. Tidak sedikit dari kitab2 beliau yang beredar telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris, Perancis, Urdu, Indonesia, dll.

Sayyid Muhammad merupakan seorang penulis prolifik dan telah menghasilkan hampir seratus buah kitab. Beliau telah menulis dalam pelbagai topik agama, undang-undang, sosial serta sejarah, dan kebanyakan bukunya dianggap sebagai rujukan utama dan perintis kepada topik yang dibicarakan dan dicadangkan sebagai buku teks di Institusi-institusi Islam di seluruh dunia. Kita sebutkan sebahagian hasilnya dalam pelbagai bidang:

Aqidah:

1. Mafahim Yajib an Tusahhah
2. Manhaj As-salaf fi Fahm An-Nusus
3. At-Tahzir min at-Takfir
4. Huwa Allah
5. Qul Hazihi Sabeeli
6. Sharh ‘Aqidat al-‘Awam

Tafsir:

1. Zubdat al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an
2. Wa Huwa bi al-Ufuq al-‘A’la
3. Al-Qawa’id al-Asasiyyah fi ‘Ulum al-Quran
4. Hawl Khasa’is al-Quran

Hadith :

1. Al-Manhal al-Latif fi Usul al-Hadith al-Sharif
2. Al-Qawa’id al-Asasiyyah fi ‘Ilm Mustalah al-Hadith
3. Fadl al-Muwatta wa Inayat al-Ummah al-Islamiyyah bihi
4. Anwar al-Masalik fi al-Muqaranah bayn Riwayat al-Muwatta lil-Imam Malik

Sirah :

1. Muhammad (Sallallahu Alaihi Wasallam) al-Insan al-Kamil
2. Tarikh al-Hawadith wa al-Ahwal al-Nabawiyyah
3. ‘Urf al-Ta’rif bi al-Mawlid al-Sharif
4. Al-Anwar al-Bahiyyah fi Isra wa M’iraj Khayr al-Bariyyah
5. Al-Zakha’ir al-Muhammadiyyah
6. Zikriyat wa Munasabat
7. Al-Bushra fi Manaqib al-Sayyidah Khadijah al-Kubra

Usul :

1. Al-Qawa’id al-Asasiyyah fi Usul al-Fiqh
2. Sharh Manzumat al-Waraqat fi Usul al-Fiqh
3. Mafhum al-Tatawwur wa al-Tajdid fi al-Shari’ah al-Islamiyyah

Fiqh:

1. Al-Risalah al-Islamiyyah Kamaluha wa Khuluduha wa ‘Alamiyyatuha
2. Shawariq al-Anwar min Ad’iyat al-Sadah al-Akhyar
3. Abwab al-Faraj
4. Al-Mukhtar min Kalam al-Akhyar
5. Al-Husun al-Mani’ah
6. Mukhtasar Shawariq al-Anwar

Beliau wafat hari Jumat tanggal 15 Ramadhan 1425 (29 Oktober 2004)  dan dimakamkan di pemakaman Al-Ma’la disamping kuburan istri Rasulullah Sayyidah Khadijah binti Khuwailid ra. Dan yang menyaksikan penguburan beliau seluruh umat muslimin yang berada di Makkah pada saat itu termasuk para pejabat, ulama, para santri yang datang dari seluruh pelosok negeri, baik dari luar Makkah atau dari luar negeri.

Semuanya menyaksikan hari terakhir beliau sebelum disemayamkan, semua menyaksikan janazah beliau setelah dishalatkan di Masjidil Haram ba’da Sholat Isya yang dihadiri oleh tidak kurang dari sejuta manusia. Begitu pula selama tiga hari tiga malam rumahnya terbuka bagi ribuan orang yang ingin mengucapkan belasungkawa.