Hikmah Alawiyah
Image default
Kitab/Buku Baru

“Rahasia Ilmu Para Wali” Sebuah Inti Ajaran Tasawuf

Buku  “Rahasia Ilmu Para Wali” yang diterjemahkan dengan baik oleh Novel Bin Muhammad Alaydrus  menjadi salah satu buku terjemahan yang penting dalam khazanah literasi tasawuf. Kitab aslinya sendiri, yang berjudul  Idhoh Asrar ‘ulum Al-Muqarrabin, merupakan karya monumental  Habib Muhammad Abdullah al-‘Alaydrus yang wafat tahun 990 H (15821 M). Sampai sekarang kitab ini menjadi bacaan penting pesantren-pesantren di Hadramaut.

Menurut  Imam Abdullah Bin ‘Alawi Al-Haddad, ulama besar dalam Thoriqoh Alawiyah, kitab Idhoh Asrar ‘ulum Al-Muqarrabin adalah inti ajaran tasawuf. Di dalam kitab ini Habib Muhammad Abdullah Al-‘Alaydrus mengulas dengan gamblang berbagai rahasia bagaimana menjalani kehidupan dunia dengan penuh ketundukan hati, dengan jalan menundukan hati dari sifat pongah dan melembutkan hati dari sifat keras.

Seluruh bab dalam buku ini, sangat terkait dengan kedudukan, prilaku, serta sebab-akibat yang ditinggalkan dari sir (nurani) akal, jiwa, hawa, dan nafs. Dalam salah satu babnya, Habib Muhammad menjelaskan tentang hubungan akal dengan hawa.

Hawa, menurut beliau adalah, penyebab utama kerusakan amal dan keadaan spiritual.  Dari hawa inilah mulai muncul kedengkian dan permusuhan antar sesama manusia. Kata beliau, hakikat hawa adalah kecenderungan pada sesuatu yang batil. Sebuah prilaku dan tabiat dari nafs. Hawa adalah makanan nafs. Hal ini membuat nafs sangat bergantung dan sulit melepaskan diri dari cengkraman hawa.

Hawa bagaikan minuman keras yang memabukkan, barangsiapa meneguknya maka ia kan kehilangan akal sehatnya. Sehingga tidak dapat membedakan mana yang baik dan buruk. Dalam kitab ini Habib Muhammad berpesan agar seseorang yang pandai harus mewaspadai hal ini dan berusaha mematikan hawa dengan mujahadah dan mukhalafah.

Habib Muhammad Abdullah dalam buku ini juga mengungkapkan, bahwa keadaan hati yang paling mulia adalah ketika ia berhubungan dengan Allah SWT. Inilah landasan amal dan sumber segala perbuatan yang baik. Cara memakmurkan batin adalah dengan selalu menghubungkan sir (nurani) dengan Allah SWT.  Hati bagaikan cermin, memantulkan bayangan dari semua yang di hadapannya. Karena itu manusia harus menjaga hatinya, sebagaiman ia menjaga bola matanya.

Tidak berlebihan kiranya bila kitab ini merupakan kitab penting dalam literasi tasawuf. Bab demi babnya sungguh berisi nasehat dengan perumpaannya yang dekat dengan persoalan hati manusia sehari-hari. Seperti, bagaimana tentang adab-adab berbicara, mendengarkan, adab beramal saleh, sikap terhadap kaum lemah, menundukkan kesombongan hati dan lain sebagainya.

Sebagai kitab tasawuf, tentu semua persoalan tersebut disangkutkan dengan metode dan jalan bagaimana hati kita mendekat kepada Allah. Bagaimana ruh dan qolbu kita hanya tertuju kepada Allah. Bukan yang lain.

Habib Muhammad Abdullah juga dengan benderang menggambarkan berbagai suasana hati manusia yang terkadang bisa menjauhkan diri dari Allah, tersesat dalam kubangan hawa dan nafsu. Namun dengan bahasa yang begitu lembut, Habib Muhammad Abdullah mengajak kita untuk mengikuti cara-cara para salafusoleh meleburkan diri dalam nikmat berdekatan dengan Allah.

Pertanyaan umum yang kerap disematkan kepada buku terjemahan adalah, sejauh mana buku terjemahan ini berhasil memanifestasikan pemikiran penulis asli menjadi karya terjemahan yang baik? Buku “Rahasia Ilmu Para Wali” dapat katakan salah satu buku terjemahan tasawuf yang baik karena pesan-pesan dalam kitab asli telah tersampaikan.