Hikmah Alawiyah
Image default
Kitab/Buku Baru

Maslakul Akhyār, Kitab Doa-Doa Karya Sayyid Utsman

Oleh Amien Nurhakim,
(Mahasiswa UIN Jakarta & Mahasantri Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences)

Doa adalah senjatanya orang-orang mukmin, begitu disebutkan dalam hadits. Hampir semua muslim sudah pernah mendengar hadits tersebut, dan kenyataannya memang kita tidak pernah bisa terlepas dari doa. Setiap hari, entah di dalam shalat, setelah shalat, maupun waktu-waktu lainnya, baik memiliki hajat maupun tidak.

Allah dan Rasul-Nya menganjurkan orang-orang muslim untuk berdoa, bukan hanya anjuran, bahkan perintah. Banyak ayat-ayat yang menyuarakan supaya orang Islam berdoa kepada Allah meminta permohonan kepada-Nya, di antaranya adalah QS Al-Mu’min ayat 60:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ

Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kukabulkan bagimu (permintaanmu).”

Dan dalam surah Al-Baqarah ayat 186 Allah SWT berfirman:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

Kedua ayat di atas cukup menjadi landasan bagi kita semua untuk berdoa kepadanya dan meyakini bahwa Allah sangat dekat dengan hamba-Nya, sehingga tak perlu ragu lagi untuk berdoa. Bahkan meskipun doa yang diminta tidak dikabulkan, Allah akan menggantinya.

مَا مِنْ أَحَدٍ يَدْعُو بِدُعَاءٍ إِلاَّ آتَاهُ اللَّهُ مَا سَأَلَ أَوْ كَفَّ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهُ، مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ.

“Tidak seorang pun yang berdoa dengan sebuah doa kecuali Allah akan mengabulkan apa yang diminta, atau memalingkannya dari keburukan yang semisalnya, selama doanya tidak mengandung dosa atau pemutusan silaturahmi.” (HR at-Tirmidzi)

Pada umumnya, kita mendapatkan teks-teks doa dari guru-guru kita. Mereka menuntun kita untuk melafalkan doa dengan menuliskannya, atau langsung diucapkan bersama-sama. Metode tersebut sering kita dapatkan semasa kita kecil, ketika mengaji di surau atau masjid di sore hari. Namun seiring berkembangnya zaman, untuk mendapatkan teks-teks doa, kita bisa mencarinya dengan mudah di internet. Hanya tinggal ketik kata kunci doa yang kita cari di mesin penelusuran seperti Google, maka hasilnya akan keluar.

Namun selain cara-cara di atas, kita juga bisa mendapatkan teks-teks doa di dalam sebuah kitab/buku. Entah buku hadits misalnya, seperti Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Ibn Majah, Sunan an-Nasai, Sunan at-Tirmidzi, Shahih Ibn Hibban, yang memuat bab khusus tentang doa. Ataupun bisa didapat di dalam kitab khusus yang memuat doa-doa.

Banyak sekali kitab-kitab khusus yang memuat tentang doa. Di antaranya adalah kumpulan doa karya al-Habib ‘Umar, Khulāshah al-Madad an-Nabawy. Kitab ini memuat sejumlah doa-doa yang ma’tsur (bersumber dari Nabi) dan ghair ma’tsur (tidak bersumber dari Nabi). Kemudian kitab karya Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki, Syawāriq al-Anwār min ‘Ad’iyyah as-Sādah al-Akhyār. Kitab yang dikarang beliau ini memuat dzikir-dzikir yang bersumber dari Nabi dan hizib-hizib serta shalawat dari para ulama.

Jikalau kitab-kitab yang disebutkan tadi dikarang oleh ulama-ulama luar negeri, terdapat satu kitab khusus dalam doa-doa yang dikarang oleh ulama asal Indonesia, tepatnya Betawi, yaitu Sayyid ‘Utsman Bin Yahya al-Batawi. Kitab doa ini beliau beri nama “Maslak al-Akhyār fī al-Ad’iyah wa al-Adzkār al-Wāridah ‘an an-Nabiyy al-Muktār”

Cover Kitab Maslak al-Akhyār karya Sayyid ‘Utsman Bin Yahya

 

Sebagaimana yang telah disebutkan di artikel sebelumnya (bisa dicek: Biografi Sayyid ‘Utsman), Sayyid Utsman memiliki banyak karangan kitab, salah satunya kitab ini. Maslak al-Akhyār ini dikarang Sayyid Utsman menggunakan bahasa Betawi, namun ditulis dengan Arab Jawi (Pegon).

Metode Sayyid Utsman dalam penulisan kitab ini bermula dari mukaddimah yang sangat ringkas. Kemudian beliau menuliskan syarat dan adab berdoa, barulah judul doa tanpa penomoran, doa, dan artinya. Semuanya ditulis menggunakan bahasa Betawi dengan Arab Pegon kecuali doa-doa tetap ditulis menggunakan bahasa Arab.

Syarat-syarat dan etika berzikir dan berdoa yang dicantumkan Sayyid Utsman dalam Malak al-Akhyār ada lima, ditulis menggunakan pegon. Namun di sini kami tuliskan secara ringkas menggunakan bahasa Indonesia.

Adapun syarat-syarat serta adab dalam berdzikir dan berdoa adalah: Pertama, tidak mengerjakan dzikir-dzikir yang sunnah sedangkan amalan yang wajib belum dikerjakan. Adapun amalan yang wajib adalah seperti menuntut ilmu, menunaikan qadha shalat ketika punya utang shalat, dan sebagainya. Kedua, jangan mengubah lafazh-lafazh dzikir atau mengganti huruf, dan harus membaca sesuai dengan panjang pendeknya. Ketiga, mengetahui makna dan arti doa yang dibaca. Keempat, makan makanan yang halal. Kelima, disunnahkan menghadap kiblat dan dalam keadaan suci dari hadats dan najis saat berdoa atau berdzikir. (Sayyid Utsman, Maslak al-Akhyār, Indonesia: Syirkah Maktabah al-Madaniyah, tt, hal 1-2)

Salah satu lembaran dalam kitab Maslak al-Akhyār

 

Setelah syarat-syarat doa, Sayyid Utsman menuliskan doa-doa yang sering dibaca dalam keseharian kita, seperti doa sebelum dan sesudah tidur, doa berwudhu, doa al-Jawāmi’ al-kawāmil. Kemudian di dalam kitab ini dicantumkan pula talqin mayyit dan wirid-wirid al-Habib ‘Abdullah bin Alwi al-Haddād. Terjemah doa ditulis tepat setelah doa menggunakan bahasa Betawi dengan huruf pegon.

Dalam cetakan yang kami pegang, yaitu cetakan Syirkah Maktabah al-Madaniyah, yang mana kitab dengan cetakan inilah yang sekarang paling banyak didapatkan di toko-toko kitab, jumlah halamannya adalah 80 halaman, tanpa keterangan tahun. Kendati demikian, kami mendapatkan data yang dicantumkan oleh Nico J.G Kaptein dalam bukunya yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia, bahwa kitab ini dicetak pada tahun 1896. (Islam, Kolonialisme, dan Zaman Modern di Hindia Belanda: Biografi Sayyid Usman (1822-1914), Yogyakarta, Penerbit Suara Muhammadiyah, Cetakan pertama, Desember 2017)