Hikmah Alawiyah
Image default
Hikmah Manaqib

AlHabib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus (Keramat Luar Batang)

Al Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus dilahirkan di Yaman Selatan, tepatnya di daerah Hadhramaut, tiga abad yang silam. Ia dilahirkan sebagai anak yatim. Ibunya, membesarkan beliau dengan penuh kasih sayang meskipun kehidupan mereka penuh dengan kesederhanaan. Untuk menghidupi keluarganya, sang ibu bekerja memintal benang pada perusahaan tenun tradisional.

Setelah memasuki usia belia, sang ibu menitipkan Habib Husein pada seorang “Alim Shufi”. Disanalah ia menerima tempaan pembelajaran thariqah. Di tengah-tengah kehidupan di antara murid-murid yang lain, tampak Habib Husein memiliki perilaku dan sifat-sifat yang lebih dari teman-temannya. Kehidupannya yang sederhana tidak memupuskan niat Habib Husein untuk terus belajar agama.

Sesudah menimba ilmu, terbitlah keinginan beliau untuk mensyiarkan Islam ke belahan bumi Allah. Dengan kondisi ekonomi yang serba terbatas, tentu saja hal itu bukan perkara mudah. Tapi beliau tidak kekurangan akal. Untuk melaksanakan keinginan tersebut ia bergegas menghampiri para kafilah dan musafir yang sedang melakukan jual-beli di pasar pada setiap hari Jum’at. Tujuannya, agar mendapat tumpangan manakala para pedagang tersebut melakukan perjalanan dagang ke negeri seberang.

Setelah dipastikan mendapatkan tumpangan dari salah seorang kafilah yang hendak bertolak ke India, maka Habib Husein segera menghampiri ibunya untuk meminta ijin. Walau dengan berat hati, seorang ibu harus melepaskan dan merelakan kepergian puteranya. Habib Husein mencoba membesarkan hati ibunya sambil berkata : “Janganlah takut dan berkecil hati, apapun akan ku hadapi, senantiasa bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya ia bersama kita.” Akhirnya berangkatlah Habib Husein menuju daratan India.

Dikisahkan, Habib Husein tiba pertama kali di sebuah kota bernama “Surati” atau lebih dikenal kota Gujarat yang moayoritas penduduknya beragama Budha. Dari sini lah dakwah beliau dimulai. Beliau berdakwah dengan lemah lembut. Bukan itu saja, beliau juga menjadikan dirinya sebagai contoh yang baik untuk warga Gujarat. Karenanya tak heran, dakwahnya di kota itu dengan mudah diterima warga sekitar.

Alhamdullilah, atas kebesaran Allah SWT kehadiran Islam menjadikan wilayah yang asalnya kering dan tandus itu menjadi  daerah yang subur. Agama Islam pun tumbuh berkembang. Sayangnya, hingga kini belum ditemukan sumber yang pasti berapa lama Habib Husein bermukim di India.

Dari India, Habib Husein kembali meneruskan perjalanan dakwahnya. Sampailah Beliau kek Pulau Jawa, tepatnya di Batavia.  Batavia adalah pusat pemerintahan Belanda, dan pelabuhannya adalah Sunda Kelapa. Maka tidak heran kalau pelabuhan itu dikenal sebagai pelabuhan yang teramai dan terbesar di jamannya. Pada tahun 1736 M datanglah Al-Habib Husein bersama para pedagang dari Gujarat di Pelabuhan Sunda Kelapa.

Disinilah, atau disebut Kampung Luar Batang menjadi tempat persinggahan terakhir dalam mensyiarkan Islam. Beliau mendirikan surau sebagai pusat pengembangan ajaran Islam. Ia banyak di kunjungi bukan saja dari daerah sekitarnya, melainkan juga datang dari berbagai daerah untuk belajar Islam atau banyak juga yang datang untuk di do’akan.

Asal Usul Nama Luar Batang

Terkait nama tempat Habib Husein bermukim, yakni Kampung Luar Batang,  ada beberapa pertanyaan. Apakah nama Luar Batang sudah ada sebelum Habib Husein tinggal, atau nama itu muncul setelah Habib Husein wafat? Atau bahkan wilayah itu dinamakan Luar Batang pada saat Habib Husein bermukim?

Dalam buku Oud Batavia yang ditulis Frederik de Haan, kawasan ini disebut Luar Batang karena terletak di luar batang penghalang yang diletakkan melintang di muara Ciliwung. Penghalang tersebut terbuat dari batang kayu dan diperkuat dengan besi. karena wilayahnya berada di luar batang (patok) kayu tersebut maka disebut Luar Batang.

Dalam bahasa Belanda batang kayu disebut boom. Kata boom sudah tertera pada peta yang diperkirakan dibuat pada 1623. Jika perahu ingin melintasi penghalang tersebut, mereka wajib membayar bea masuk. Kawasan yang berada di luar penghalang inilah yang kemudian disebut dengan Luar Batang atau dalam bahasa Belanda disebut buiten de boom.

Namun catatan lain mengungkapkan, asal usul nama Luar Batang berasal dari cerita saat Habib Husein wafat tahun 1756.  Kala itu, jenazah Habib Husein akan dimakamkan di Tanah Abang yang namun begitu keranda (Kurung Batang) dibuka, jenazah beliau tidak ada di tempatnya, atau berada di luar kurung batang. Kejadian tersebut berulang hingga tiga kali. Akhirnya jenazah beliau dimakamkan di dekat Masjid An Nur (sebelum berubah nama menjadi Masjid Luar Batang) yang beliau dirikan. Karena peristiwa tersebut, daerah itu kemudian disebut Luar Batang.

AlHabib  Husein Bin Abu Bakar Alaydrus wafat dalam usia relatif muda, sekira 40 tahun yaitu pada 17 Ramadhan 1756. beliau Dimakamkan di luar Masjid Luar Batang. Saat Masjid Luar Batang direnovasi dan diperluas, makam Beliau akhirnya masuk menjadi di dalam masjid. Di sebelah makam Beliau, terdapat makam bernama Haji Abdul Kadir. Konon ia seorang keturunan Tionghoa yang memeluk Islam dan mendampingi sekaligus menjadi murid Habib Husein.

meski sudah ratusan tahun wafat, hingga kini makam beliau di Masjid Luar Batang masih dibanjiri peziarah untuk berdoa. Setiap tahun, haul beliau diikuti oleh ribuan orang. Sedangkan Masjid Luar Batang kini menjadi destinasi wisata religi Kota jakarta. (berbagai sumber)