Hikmah Alawiyah
Image default
Hikmah Manaqib

al-Habib Yusuf bin Abid al-Hasani

Beliau dikenal sebagai seorang Imam Sufi dan maha guru Sayyid Yusuf ibnu ‘Abid ibnu Muhammad ibnu Umar ibnu Ibrahim Al-Maghribi Al-Idrisi Al-Maliki Al-Hasany. Beliau lahir di Maghrib al-Arabi pada tahun 965 H.

Nasab : Yusuf bin Abid bin Muhammad bin Umar bin Ibrahim bin Umar bin Isa bin Abi Wakil Maimun bin Isa bin Musa bin Azuz bin Abdul Aziz bin Allal bin Jabir bin Ayadh bin Qasim bin Ahmad bin Muhammad bin Idris bin Idris bin Abdullah al-Kamil bin Hasan al-Mutsanna bin Sibt Rasulillah saw al-Hasan.

Anak-anaknya : Beliau mempunyai empat anak yaitu : Abi Wakil, Muhammad, Abdullah dan Umar.

Dari anaknya yang bernama Abdullah dan Umar menurunkan al-Hasani yang bertempat tinggal di Seiwun dan Indonesia (Gorontalo).

Dari family al-Hasani Yusuf bin Abid ini antara lain dikenal juga dengan sebutan al-Masyhur al-Hasni, dikarenakan salah satu kakek mereka bernama Masyhur. Maka untuk selanjutnya, anak cucu mereka disebut al-Masyhur al-Hasni.

Keturunan Yusuf bin Abdi ini, satu-satunya family al-Hasani yang tercatat di Maktab Daimi-Rabithah Alawiyah, hal itu disebabkan kakek mereka Yusuf bin Abid yang berasal dari kota Fez-Maghrib mengembara untuk menuntut ilmu ke berbagai kota di antaranya Tilmisan, Miknas hingga Hadramaut. Karena beliau datang ke Hadramaut, maka keturunan al-Hasani dari Yusuf bin Abid ini tercatat dalam kitab-kitab nasab Alawiyin yang berasal dari Hadramaut.

Beliau lahir di desar Al-Faidhoti Keramatlaili, disekitar kota Faas di Maghrib Al’Arabi (Maroko). Beliau sempat hidup bersama ayahnya selama 10 tahun. Dari ayahnya, beliau sempat belajar membaca Qur’an dan berbagai matan dan risalah di bidang fiqih dan ushul menurut Madzhab Imam Malik ra (oleh karena itu bergelar Al-Maliki)

Setelah ayah beliau wafat, ibunda beliau yang bernama Syarifah Manshuran binti Abdillah ibnu Umar Al-Hasaniyah yang mendidik beliau. Sayyid Yusuf dikenal sebagai orang yang gemar menuntut ilmu.

Beliau sampai-sampai mengunjungi kota Maroko, Tangier, Tunisia, Qairuan demi menuntut ilmu. Beliau juga merupakan murid kesayangan asy-Syaikh Abu Bakar bin Salim. Sampai-sampai Syaikh Abu Bakar bin Salim tidak mau mengajar jika Sayyid Yusuf tidak ada didepan matanya.

Ada suatu kisah menarik mengenai gelar Al-Hasany (Al-Hasni) yang disandang beliau. Dikarenakan banyaknya murid-murid Syaikh Abu Bakar Dzurriyah Imam Husayn yang banyak bergelar dibelakang nama mereka (seperti Al-Attas, Al-Jufri, As-Seggaf dll) sedangkan hal tersebut tidak dimiliki Sayyid Yusuf. Maka ketika ditanyakan kepada beliau tentang keturunan siapakah dia itu,,maka Syaikh Abu Bakar mengatakan bahwa “Hadza Dzurriyyatu Al-Hasany”….maka dikarenakan penyebutan Syaikh Abu Bakar bin Salim tersebutlah Keturunan beliau menyandang gelar Al-Hasany (Al-Hasni). Walaupun Dzurriyah Imam Hasan yang lain seperti Al-Jailani, Al-Qudsi dll juga berhak memakai gelar Al-Hasany dibelakang gelar mereka,tapi kekhususan Al-Hasany yang dimiliki Sayyid Yusuf jelas lebih membuat keturunan beliau “tidak susah” untuk menambahkan gelar “Al-Yusuf” sebelum gelar Al-Hasany yang disandangnya….

Syeikh Abubakar bin Salim meninggal dalam pangkuan Yusuf bin ‘Abid, salah seorang murid kesayangannya. Menjelang ajal gurunya, Yusuf bin ‘Abid mengulang-ulang ayat: falammâ qodhô zaidun minhâ wathoron, dengan harapan bahwa gurunya akan menyambut ucapannya itu dengan ayat lanjutannya: zawwajnâkahâ, yang maksudnya, sang Syeikh bersedia menurunkan seluruh ilmunya kepada Habib Yusuf bin Abid. Namun Syeikh Abubakar berkata, “Wahai Yusuf, semua ilmu yang telah kuajarkan kepadamu penuh dengan keberkahan, adapun mengenai sirku, andaikata tak dapat kutemukan seseorang yang pantas untuk menerimanya dari kalangan anak cucuku, maka ilmu itu akan kutanam di padang pasir ‘Inat.” (hal. 74)

Setelah Syaikh Abu Bakar wafat, Maka beliau menetap di Hadramaut hingga wafat pada tahun 1048 H. Beliau dimakamkan di desa Maryameh yang terletak diantara kota Seiwun dan Tarim. Diatas makam beliau didirikan sebuah kubah.

Kisah hidupnya bersama gurunya Syaikh Abu Bakar banyak dan amat terkenal. Sebagian dari kisah hidup beliau disebutkan dalam karya tulis beliau yang diberi nama “Ad Duraru Al Faakhirati A’yaanil Miatil ‘Aassyirati”.

*Sumber Foto: Wikimedia.