Hikmah Alawiyah
Image default
Kitab/Buku Baru

Keyboardmu adalah Harimaumu

Menjaga lisan sama seperti halnya menjaga waktu, sebab yang terlewat darinya tak akan dapat diulang kembali. Bahkan sakit karena teriris belati bisa diobati tapi luka karena sayatan lidah mampu mengoyak hati. Karena begitu bahayanya lisan, Nabi Muhammad SAW mengingatkan dalam sebuah hadist:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau diam”. (HR. Al-Bukhari-Muslim).

Di antara bahaya terbesar lisan adalah berbohong atau hoax. Yaitu menyampaikan sesuatu yang bertentangan dengan kondisi sesungguhnya. Berbohong termasuk dosa besar dan bertentangan dengan keimanan seorang muslim. Sebagaimana firman Allah SWT:

إِنَّمَا يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَاذِبُونَ

“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta.” (QS. An-Nahl ayat: 105)

Maka mereka yang menyebarkan kebohongan dalam kehidupan mereka sehari-hari oleh Allah SWT disebut sebagai orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, walaupun mereka mengaku beriman.

Selain berbohong, bahaya lisan lainnya adalah mengadu domba, yaitu membicarakan seseorang kepada orang lain dengan maksud membuat perselisihan dan fitnah di antara keduanya. Akibatnya pecahlah persaudaraan, timbulah permusuhan dalam masyarakat.

Nah, adu domba paling buruk adalah yang disampaikan kepada pemerintah dengan maksud untuk mengelabuhi pimpinan. Sehingga pimpinan menganiaya orang yang dia hasud dan mengambil keuntungan darinya. Ini merupakan bencana bagi si pengadu domba. Dosa adu domba jenis ini melebihi dosa adu domba kepada orang kebanyakan.

Bahaya lisan lainnya adalah sumpah palsu, saksi palsu, dan melaknat seseorang yang tak semestinya dilaknat. Termasuk menuduh seorang muslim dengan tuduhan kafir, bid’ah, atau fasik tanpa lebih dulu memastikan.

Pada era ini berkomunikasi tak hanya dimonopoli lisan secara harfiah namun juga dapat menggunakan perangkat lain, seperti halnya keyboard yang digunakan untuk mengetik kata di media sosial. Maka perannya pun sama seperti peran lisan untuk bercakap-cakap.

Ini artinya, apa yang kita tuliskan menggunakan papan keyboard dan beredar di dunia maya sama dengan lisan kita. Maka kita harus memberlakukannya seperti halnya kita memperlakukan lisan kita sebagai seorang muslim.

Karena itu menjaga tulisan di media sosial dan lisan kita dari berbagai macam bahayanya adalah seuatu kewajiban sebagai seorang muslim. Sebab bahaya yang diakibatkan oleh keduanya bisa berdampak fatal bagi masyarakat, dan itu semua nanti harus kita pertanggungjawabkan di padang mahsyar.

Terkait bahaya lisan ini Hujattul Islam al-Imam al-Ghazali ra. dalam kitab Ihya’ ‘Ulumiddin menyebutkan 20 macam bahayanya dan menjelaskannya panjang lebar.

*Sumber: buku “Nasehat dan Wasiat Imam Haddad.”