Hikmah Alawiyah
Image default
Kolom Mahya

Ringkasan Pembahasan Tentang Qunut

Oleh : Habib Ahmad bin Jindan

Ketahuilah Qunut di waktu shalat subuh adalah Sunnah. Sebagaimana diriwayatkan, dari Anas rhadiallahu‘anhu Berkata: “ Bahwa sesungguhnya Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam selalu melakukan qunut di waktu subuh, hingga beliau meninggal. “ Hadis Sahih

Dan ketahuilah bahwa Qunut di waktu subuh adalah sunnah muakkad, seandainya Qunut tersebut ditinggalkan maka tidak batal sholatnya, akan tetapi disunnahkan untuk sujud sahwi, baik meninggalkan Qunut tersebut secara sengaja ataupun lupa.
Timbul Pertanyaan, apakah boleh melakukan Qunut selain pada waktu shalat subuh?
Ada tiga pendapat bagi As-Syafii Rahimahullah :

1. Paling sahih dan mashur adalah, bila timbul bencana pada kaum muslim, mereka boleh melakukan qunut tersebut, dan jika tidak ada, maka tidak dianjurkan.
2. Boleh melakukan Qunut secara mutlak, dan
3. Tidak boleh sama sekali.
Dianjurkan melakukan Qunut pada separuh terakhir dari bulan Ramadhan dalam rekaat terakhir dari shalat Witir.

Kami mempunyai pendapat untuk melakukan Qunut dalam shalat Witir selama bulan Ramadhan. Pendapat ketiga dalam keseluruhan tahun, yaitu mazhab Abu Hanifah. Dan yang terkenal dalam mazhab kami adalah pendapat yang pertama.

Ketahuilah, saat ber-Qunut dalam shalat Subuh adalah setelah mengangkat kepala dari rukuk dalam rekaat kedua.

Imam Malik berpendapat : Qunut dilakukan sebelum rukuk. Sahabat-sahabat Imam Nawawi berpendapat : Andaikata seseorang yang ber-mazhab Syafii melakukan qunut sebelum rukuk, maka tidaklah dianggap qunut menurut pendapat yang lebih shohih.

Kami mempunyai pendapat bahwa hal itu dianggap Qunut. Menurut pendapat yang lebih shohih adalah : mengulanginya sesudah rukuk dan melakukan sujud sahwi. Adapula yang mengatakan tidak perlu melakukan sujud sahwi.
Adapun lafadznya, maka yang terpilih adalah mengucapkan seperti yang diriwayatkan dalam hadis sahih Sunan Abu Daud, Tirmizdi, Nasa’i, Ibnu Majjah dan Baihaqi serta lainnya, dengan isnad sahih dari Hasan bin Ali Radiiyallahu’anhu, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam mengajarkan kepadaku kalimat yang kuucapkan dalam shalat Witir.

اللهم اهدني فيمن هديت وعافني فيمن عافيت وتولني فيمن توليت وبارك لي فيما اعطيت وقني شرما قضيت فإنك تقضي ولا يقضى عليك وإنه لا يذل من واليت تباركت ربنا وتعاليت

“Ya, Allah, tunjukkan aku sebagaimana orang yang telah Engkau beri petunjuk, Dan bebaskanlah aku (Dari kekurangan lahir batin) sebagaimana orang yang engkau bebaskan. Dan jadikanlah aku sebagai orang yang menuju kepada-MU semata. Dan berkahilah aku dalam rezeki yang Engkau berikan. Karena sesungguhnya engkaulah yang mentakdirkan, bukan engkau yang ditakdirkan. Tidaklah hina orang yang mencintai-MU. Maha suci Engkau Tuhan kami dan Maha Tinggi.”

Dalam suatu riwayat, Baihaqi menyebutkan bahwa Muhammad bin Hanifah, putra Ali bin Abi Thalib Radiiyallahu’anhu berkata : Sesungguhnya do’a ini adalah yang diucapkan oleh ayahku ketika beliau melakukan qunut dalam shalat subuh.

Dan disunnahkan setelah membaca do’a tersebut untuk membaca doa :

اللهم صل على محمد وعلى ال محمد وسلم

Dan riwayat dari Annasa’i dengan sanad yang bagus, untuk membaca:

وصلى الله على النبي

Para Sahabat Imam Nawawi berkata : Apabila seseorang membaca qunut yang diriwayatkan dari Umar bin Khattab, maka hal itu adalah baik, yaitu dalam shalat subuh sesudah ruku :

اللهم إنا نستعينك ونستغفرك ولا نكفرك, ونؤمن بك ونخلع من يفجرك. اللهم إياك نعبد ولك نصلي ونسجد, وإليك نسعى ونحفد, نرجو رحمتك ونخشى عذابك, إن عذابك الجد بالكفار ملحق. اللهم عذب الكفرة الذين يصدون عن سبيلك, ويكذبون رسولك, ويقاتلون اولياءك. اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات, وأصلح ذات بينهم, وألف بين قلوبهم, واجعل في قلوبهم الإيمان والحكمة, وثبتهم على ملة رسول الله صلى الله عليه وسلم, واوزعهم أن يوفوا بعهدك الذي عاهدتهم عليه, وانصرهم على عدوك وعدوهم, إله الحق واجعلنا منهم

“Ya Allah sesungguhnya kami memohon pertolongan-Mu dan ampuanan-Mu, tidak ingkar kepada-Mu dan beriman kepada-Mu serta menjauhi orang yang menyelewengkan agama-Mu.
Ya, Allah, kepada-Mu kami menyembah, Untuk-Mu kami bersembahyang dan bersujud. Kepada-Mu kami berjalan dan bersegera. Kami mengharap rahmat-Mu dan takut akan siksa-Mu. Sesungguhnya siksa-Mu yang pedih pasti menimpa orang Kafir.
Ya Allah siksalah orang-orang kafir yang menghalangi jalan-Mu dan mendustakan rasul-rasul-MU serta memerangi para wali-Mu.
Ya Allah, ampunilah orang-orang mukminin dan mukminat, muslimin dan muslimat. Perbaikilah keadaan mereka dan luluhkanlah hati mereka. Masukkanlah iman dan hikmah kedalam hati mereka dan tetapkanlah mereka di atas agama Rasululullah shallallahualaihi Wasalam serta ilhamkanlah kepada mereka untuk memenuhi janji-MU yang Engkau berikan kepada mereka. Tolonglah mereka terhadap musuh-MU dan musuh mereka. Wahai tuhan kebenaran, jadikanlah kami dari golongan mereka.”

Dianjurkan menggabungkan antara Qunut Umar dan qunut yang pertama. Yang lebih tepat mengakhirkan Qunut Umar. Apabila menyingkat, hendaklah membaca yang pertama. Hanya disunnahkan menggabungkan antara keduanya jika shalat sendirian atau makmumnya sedikit dan tidak keberatan dengan bacaan yang panjang.

Dan ketahuilah menurut mazhab yang terpilih, bacaan Qunut tidak tertentu do’anya. Maka, doa manapun yang dibaca maka itu sudah merupakan Qunut, walaupun berQunut dengan satu atau beberapa Ayat dari Al-Quran yang berisi do’a Maka sudah termasuk melakukan Qunut, Akan tetapi yang paling utama adalah yang terdapat di dalam sunnah. Segolongan ulama dari sahabat Imam Nawawi mengatakan: “Sesungguhnya bacaan Qunut itu sudah tertentu, maka tidak boleh membaca selainnya”.

Diriwayatkan dari dari Sunan Abu Daud dan Tirmidzi, dari Tsauban Radiiyallahu’anhu bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam bersabda:

“Tidaklah boleh seseorang menjadi imam dari suatu kaum lalu mengkhususkan do’a bagi dirinya sendiri tanpa mereka. Maka, apabila dilakukannya, ia pun telah menghianati mereka.”

Sumber: Sepucuk Kartu Undangan dari Allah dan Rasul-Nya untuk Menjadi Tetamu di Istana-Nya yang Penuh dengan Jamuan.