Hikmah Alawiyah
Image default
Sejarah

Masjid Ba’alawi

Pembangunan Masjid Ba’alawi

Pendiri Masjid Ba’alawi adalah Syekh Ali Khala’ Qasam bin Alwi kemudian didesain ulang oleh anak beliau Muhammad Sohib Al -Mirbat jauh sebelum Syekh Umar Muhdhor membangun ulang Masjid Ba’alawi. Yang mana ketika itu beliau ditentang oleh kebanyakan penduduk Tarim, akan tetapi demi kemaslahatan bersama maka beliau pun menghancurkan dan merenovasi masjid tersebut dan menyisakan beberapa peninggalannya Syekh Ali Khala’ Qasam.

Penamaannya:

Ada yang menamakannya Masjid Al-Qaum, ada juga yang menamakannya Masjid Bani Ahmad nisbah ke Imam Muhajir Ahmad bin I’sa. Dan dinamakan Masjid Ba’alawi nisbah kepada Abdullah bin Alwi Al- Ghoyyur yang mana beliau adalah orang yang istiqamah di masjid tersebut, dan termasuk yang berjasa dalam pembangunan masjid tersebut.

1. Menara Masjid Ba’alawi :

Menara Masjid Ba’alawi bukan bangunan asli dari bangunan Syekh Ali Khala’ Qasam dan bukan pula hasil dari pembangunan ulang oleh As-syekh Umar Al-Muhdhar akan tetapi bangunan tambahan yang dibangun oleh Alwi bin Abu Bakar bin Alwi Khirid yang digelari dengan Alwi As-Samin.

2. Pintu Masjid Ba’alawi:

Jikalau memasuki Masjid Ba’alawi maka kita akan mendapatkan tangga turun menuju ke bawah, hal ini disebabkan dulunya tanah dari Masjid Ba’alawi sangat rendah sehingga harus dibuatkan tangga.

3. Sisa bangunan yang dibangun Ali Khala’ Qasam :

– Empat tiang yang sejajar dengan mihrab.
-Tembok yang sejajar dengan mihrab.

4. Al-Ghudoh Al-Bahriyyah (sudut selatan):

Merupakan Musholla Sayyidina Faqih Al-Muqaddam. As-Syaikh Ali As-Sakran berkata: “Ruh Sayyidina Faqih Al-Muqaddam tidak keluar dari Masjid Ba’alawi. Dan dikatakan di dalam kitab A’qab Al-Bud’ah Al-Muhammadiyyah bahwasanya tempat ini termasuk tempat yang dikabulkan di dalamnya doa.

5. Tiang-tiang Masjid Ba’alawi:

Al Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas Huraidhah, suatu saat berkunjung ke Tarim. Dan mencari tahu tentang siapa-siapa saja yang istiqamah duduk bersandar di tiang tiang yang ada di Masjid Ba’alawi. Dan ternyata catatan tersebut dihilangkan oleh sesorang yang menghafal kitab Minhaj At-thalibin. Kemudian beliau berkata kepada penghafal tersebut, “Andaikata engkau menghafal siapa saja yang duduk di tiang Masjid Ba’alawi maka itu lebih bermanfa’at daripada kamu menghafal Minhaj, karena kitab Minhaj tetap ada sepanjang zaman”.

Adapun nama-nama tersebut sebagai berikut:

A. Shaf Pertama:

Tiang pertama (dari kanan)
– Tempat habib Muhammad Jamalullail bin Hasan Al-Muallim, Yang mana di antara karamahnya, beliau tidak membaca Al-Qur’an pada siang hari di bulan Ramadhan dikarenakan setiap kali beliau membacanya akan keluar madu dari mulutnya.
– Tempat Al-Habib Muhamad bin Salim As-Sri yang mana beliau ikut dalam pembangunan Ribat Tarim.
-Tempat Al Habih Alwi bin Abdullah bin Syihab yang digelar dengan Ainuttarim yang mana diceritakan beliau tidak pernah keluar dari Tarim kecuali melaksanakan ibadah haji dan ziarah Nabiyullah Hud AS.
-Tempat Habib Muhammad bin Alwi bin Syihab yang mana beliau meninggal ketika pidato mengucapkan kalimat ” La’ ila’ha illallah“.
-Tempat Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad bin Syihab yang juga digelari Ainuttarim.

Tiang kedua:
-Tempat Alwi Al-Gayyur anak pertama dari Sayyidina Faqih Muqaddam yang mana beliau adalah anak kesayangan dari Al-Faqih Al-Muqaddam. Diceritakan bahwasanya beliau diminta oleh ayahnya untuk memotong rumput, akan tetapi beliau enggan dikarenakan beliau mendengar rumput-rumput itu bertahlil.
-Tempat Imam Ba’alawi menunggu iqamah.

Tiang ketiga:
-Tempat Abdullah Ba’alawi bin Alwi Al-Ghayyur anak dari Alwi Al-Ghayyur.

Tiang keempat:
-Tempat Abu bakar alwara’ bin Ahmad bin Al-Faqih Al-Muqadam.
-Tempat Al-Habib Abdullah bin Ahmad bin Husain Al-Idrus Shahibu At-tagoh yang mana diceritakan, ketika beliau berumur 7 hari disaat akikah, ayahnya mengatakan “Sallim Ala A’mamak” setelah itu beliau berdiri dan menyalami paman-paman beliau.

Dikatakan pula barang siapa yang ingin cepat menikah dianjurkan untuk meletakkan batu di atas kuburan beliau.

B. Shaf kedua :

Tiang kedua (dari sebelah kanan menghadap kiblat)
-Tempat Sayyiduna Abdurrahman As-Segaf bin Muhammad Mauladawilah yang diberi Lakab Al- Muqaddam Atsani, Di antara Mujahadahnya, beliau tak pernah tidur selama 30 tahun. Penyebabnya adalah setiap beliau tidur menghadap ke kanan beliau melihat surga dan ketika menghadap ke kiri beliau melihat neraka.

C. Shaf ketiga:

Tiang pertama
– Tempat Al Faqih Al Muqaddam Dinamakan juga dengan maksurah dikarenakan bentuknya yang menyerupai perasan. Diceritakan bahwasanya As-Syaikh Umar Al Muhdhar kebingungan ketika merenovasi tiang tersebut, Dikarenakan itu adalah tempatnya Faqih Muqaddam. Sehingga ketika beliau tinggalkan, beliau mendapati tiang tersebut terbentuk seperti itu dengan sendirinya. Adapun sajadah, yang berada di dekat maksuroh diletakkan karena tempat duduk Faqih Muqaddam setelah direnovasi sangatlah sempit hingga sajadah pun diletakkan di bagian kanan dari maksurah.

6. Syakhis :

Kegunaannya:
-Digunakan sebagai pembatas shalat.
-Digunakan sebagai sandaran para Naqib (ketua para habaib).

Naqib pertama: As-Syyekh Umar Al-muhdhar .
Naqib kedua: Al Habib Abullah al Idrus bin Abu Bakar Al Sakran.
Dan yang terakhir adalah : Al-Habib Zain Al-Abidin Abdullah bin Syeikh Al-Idrus Al-Awsat.

Dari Syakhis hingga Maksurah adalah tempat keluarga Abdullah bin Syeikh Al-Awsat, dikarenakan keluarga mereka adalah yang terakhir kalinya memegang Niqobah.

7. Madkhal Qadim:
Dikatakan para penduduk Tarim orang yang pertama kali keluar melalui tempat ini selepas shalat Ashar hari Jum’at maka itu adalah Nabiyullah Khidir AS.

8. Mauqi’ Zait (tempat minyak)
Dulunya bagian ini adalah tempat minyak di mana orang-orang mengambil berkah.

9. Anak tangga yang tersisa dari pembangunan Syekh Ali Khala’ Qasam:
As-Syaikh Fadl bin Abdullah Bafadol setiap kali beliau berkunjung ke Masjid Ba’alawi beliau selalu menggesekkan wajah beliau di tempat ini sehingga beliau berkata:

لعلي أن أمسّ بحرّ وجهي مكانا مسّه قدم الولي تبرّكا بأقدم الصالحين

10. Batas pembangunan Masjid Ba’alawi oleh Ali Khala’ Qasam:
Setelah batasan ini dulunya merupakan Maristan (tempat bersantai) dan di atasnya terdapat tempat pengikat satir (kain pembatas). Akan tetapi maristan yang dulu telah menjadi masjid karena telah dibangun oleh Alwi As-Samin.

11. Tempat para sadah Al-Haddad:
Dahulu Al Habib Abdullah Al-Haddad istiqamah shalat di sini bahkan diceritakan bahwa setiap kali masuk Masjid Ba’alawi beliau shalat 100 raka’at di tempat ini dan di tempat ini pula beliau mengajar dan beribadah.

12. Al Bakriah:
Termasuk dari 3 bangunan yang dibangun oleh Alwi As-Samin. Kegunaanya menjadi sumber air sebelum air masuk ke jabiah.

13. Masjid Bajahdab:
Merupakan Hamam Masjid Ba’alawi

Istilah-istilah masjid:
Hamam: Bagian yang beratap dan berpintu.
Maharib: Bagian yang beratap tak berpintu.
Dowahi: Bagian yang tak beratap.

Dan masjid ini dulunya adalah zawiyahnya Habib Ahmad bin Alwi Bajahdap.
Di sana terdapat tempat duduk beliau dan muridnya As-Syeikh Abu Bakar bin Salim.

14. Masjid Bamutliq
Nisbah kepada kerajaan.
_______
Pemateri: Maulana Kamal
Notulen: Muhammad Topan Nasrun

Seminar di Al Ahgaff/Rubath Tarim

*Sumber Foto: https://maulakhela.wordpress.com/