Hikmah Alawiyah
Image default
Sejarah

Syaikh Muhammad bin Hasan Jamalullail

Nasab Keturunan

Beliau adalah Syaikh Muhammad bin Hasan bin Muhammad bin Hasan bin Ali bin Faqih Muqaddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohib Mirbat bin Ali Kholi’ Qasam Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Muhajir bin Isa Rumi bin Muhammad Naqib bin Ali Al Uraidhi bin Jakfar Sodiq bin Muhammad Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husein bin Fathimah Az-Zahra binti Muhammad.

Kehidupan dan Pendidikan

Syaikh Muhammad bin Hasan Jamalullail dilahirkan pada 750H. Ia merupakan orang pertama yang diberi gelar Jamalullail yang berarti orang yang menghidupkan malam dengan amal ibadah. Beliau dikenal sebagai Sohib Raughah Syaibah Bahsin. Beliau adalah orang menyatukan ilmu syariat, tariqat, dan hakikat.

Beliau juga dikenal sebagai orang yang memiliki keilmuan yang tinggi sehingga pernah ditunjuk sebagai Naqib atau pemimpin bangsanya tetapi dia menolak dan berikannya kepada orang lain.

Beliau menimba ilmu dari Imam Faqih Muhammad bin Ali bin Faqih Muqaddam Muhammad bin Ali Baalawi dan menerima banyak sanad keilmuan serta ijazah dari Imam Al Wali Muhammad bin Abu Bakar Ba’bad Asy Syibami.

Mujahadah dan Futuh dalam Membaca Al Qur’an

Syaikh Muhammad bin Hasan Jamalullail adalah seseorang yang banyak bermujahadah dalam amal ibadah dan mendapat kefahaman laduni dalam membaca Al Qur’an. Beliau mendapat keistimewaan mengetahui keadaan alam barzakh dan penghuninya. Bahkan ia dapat berkumpul dengan orang yang telah mati dalam keaddan sadar.

Beliau senantiasa membaca Al Qur’an dan khatam 8 kali dalam sehari. Ketika ditanya apakah hal ini merupakan karomah beliau, maka beliau menjawab bahwa hal ini adalah latihan mujahadahnya selama ini.

Sehingga sebenarnya hal luar biasa seperti khatam Al Qur’an sebanyak 8 kali dalam sehari adalah karunia yang dikaruniakan berkat usaha dan ibadah yang istiqamah. Beliau tidak membaca Al Qur’an di waktu siang hari saat berpuasa karena khawatir puasanya batal sebab rasa manis yang dirasakan saat membaca Al Qur’an.

Terkadang beliau mengulang ayat dalam Al Qur’an dan berkata, “Tidak ada Tuhan selain Allah, betapa manisnya ayat ini.” Diantara ayat yang beliau sering ulangi adalah firman Allah Swt. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka Tuhan Yang Maha Pemurah akan melimpahi mereka dengan kasih sayang-Nya.”

Putera beliau, Al Faqih Abdullah bin Muhammad Jamalullail pernah menceritakan bahwa ayahnya sering mengulang kalimat Wudda (kasih sayang) dalam ayat yang dibaca dari tengah malam sampai masuk waktu subuh karena terlampau asyik dengan kalimat tersebut. Kalimat tersebut adalah surat Al Ankabut ayat 64, “Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya.”

Beliau wafat pada malam Senin 17 Dzulhijjah 845H dan dimakamkan di Zanbal, bersebelahan dengan makam ayahnya. Beliau meninggalkan 2 orang anak laki-laki yaitu Abdullah dan Ali yang menurunkan keluarga As Sirri, Aljunaid, Al Qadri, dan Baharun.

Sumber:
Nasri, Irfan Nazhan Mohd. 2016. Tarim dan Sekitarnya, Kota Ahli Bayt dan 1001 Auliya. Hadramaut. PERMAYA.