Hikmah Alawiyah
Image default
Tokoh

Habib Abdullah bin Husein bin Thahir

Beliau dilahirkan pada tahun 1191H di kota Tarim. Beliau mendapat pelajaran dan tarbiyah awal bersama saudara kandungnya yaitu Habib Thohir bin Husein bin Thohir, dari kedua orang tua mereka. Perjalanan keduanya dalam menuntut ilmu berlanjut kepada Habib Hamid bin Umar Baalawi di kota Tarim dengan mempelajari kitab Risalah Jamiah (Habib Ahmad bin Zein Al Habsyi) dan Bidayatul Hidayah (Imam Ghazali). Saat Sang Guru wafat, pengajaran dilanjutkan oleh anak beliau, Habib Abdurrahman bin Hamid bin Umar Baalawi. Habib Abdurrahman menyarankan mereka untuk menuntut ilmu kepada Habib Abdurrahman bin Alwi (Sohib Buthoiha) dengan membaca kitab Syarah Tahrir dan Fathul Wahab dan kitab penting lainnya.

Habib Abdullah bersama Habib Thahir kemudian menghabiskan waktu mereka dengan mengambil khazanah ilmu dan mahkota tarbiyah di kota Haramain. Di antara guru mereka antara lain: Syaikh Umar bin Abdur Rasul Al Attor, Sayyid Agil bin Umar bin Agil, Sayyid Ali Baity, Sayyid Ahmad bin Alwi Jamalullail, dan banyak alim ulama lainnya pada waktu itu. Syaikh futuh beliau adalah Al Imam Habib Umar bin Seggaf bin Muhammad Assegaf.

Amal Ibadah dan Mujahadah

Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi (pengarang Maulid Simthudduror) mengungkapkan perihal guru beliau (Habib Abdullah bin Husein bin Thahir). Beliau mengatakan di antara ibadah yang dilakukan oleh guru beliau sehingga Allah mengangkat kedudukan Habib Abdullah bin Husein bin Thahir adalah beliau rutin membaca Laa Ilaaha Illallah sebanyak 70.000 kali sehingga selalu tampak pada diri beliau, wajah dan pribadi yang senantiasa berzikir. Beliau menghidupkan malam dengan menghabiskan 10 juz Al Qur’an dan 8 juz dalam shalat dhuha. Wirid harian beliau adalah membaca Yaa Allah dan shalawat kepada Rasulullah sebanyak 25.000 kali dalam sehari.

Keakraban hubungan kakak beradik dalam menuntut ilmu diibaratkan bagai imam dan makmum karena jika ada Habib Abdullah pasti ada Habib Thahir. Habib Abdullah bin Husein bin Thahir selalu menampakan adab yang tinggi pada saudaranya yang lebih tua. Beliau senantiasa mengamalkan hadits, “Bukan termasuk golongan kami, siapa yang tidak menyayangi orang kecil dan tidak menghormati orang dewasa.” Habib Abdullah tidak pernah mendahului Habib Thahir dalam melangkah semenjak kecil dan beliau tidak pernah naik ke atas rumah saat kakaknya berada di bagian bawah.

Beliau wafat pada hari kamis 17 Rabiul Akhir 1272H dan dimakamkan di kota Masileh, tidak jauh dari kota Tarim.

Sumber:
Nasri, Irfan Nazhan Mohd. 2016. Tarim dan Sekitarnya, Kota Ahli Bayt dan 1001 Auliya. Hadramaut. PERMAYA.