Hikmah Alawiyah
Image default
Kabar Mahya

MAHYA Menjaga Thariqah Alawiyah

Pada Ramadhan ke 6 atau Jumat 10 Mei, Majelis Hikmah Alawiyah (MAHYA) mengadakan buka puasa bersama di kantornya di Jakarta Selatan. Hadir dalam acara itu Ketua Umum MAHYA Habib Ahmad bin Novel bin Jindan, sejumlah pengurus MAHYA dan Alawiyyin.

Di depan peserta yang hadir, Sekretaris Umum MAHYA Hafidz Abdul Kadir Al-Attas menerangkan bahwa MAHYA memiliki dua program utama. Yaitu Perpustakaan dan Penelitian. Perpustakaan sendiri, katanya sudah menggumpulkan setidaknyan 12 ribu judul kitab atau buku. Bahkan, buku-buku itu juga sudah didigitalisasi dan merujuk ke sistem perpustakaan nasional.

“Selama sistem itu masih ada, sampai keturunan ke berapapun tak akan musnah,” katanya, Jumat 10 Mei, di Jakarta Selatan. “Jadi turats dan warisan-warisan salafus shalihin, datuk-datuk kita itu akan langgeng selamanya. Sampai Imam Mahdi turun nanti.”

Perpustakaan ini tak berdiri sendiri. Ada program penelitian terkait Thariqah Alawiyah yang akan memperkaya ragam keilmuan di perpustakaan. Hafidz berharap MAHYA mampu melahirkan ensiklopedia Alawiyyin.

“Semacam encyclopædia Britannica yang diterbitkan Cambridge, di Inggris,” katanya.

Sehingga kedepan, MAHYA, kata Hafidz mampu menjadi penjaga warisan Thariqah Alawyah. Menjadi tempat penyebaran pemikiran Manhaj tokoh-tokoh Thariqah Alawiyah yang jika diurutkan secara sanad akan sampai kepada Rasulullah Saw.

Hal ini semakin penting saat ini, karena Hafidz bilang, Indonesia sedang menghadapi problema keislaman yang makin kompleks. Alih-alih umat semakin kuat dan bersatu, perbedaan-perbedaan malah semakin besar dan mengkotak-kotakan. Maka dari itu, MAHYA kata Hafidz berusaha memberikan jawaban alternatif untuk persoalan-persoalan umat Islam di Indonesia.

Sementara itu, Ketua Bidang Informasi dan Publikasi Husein Jafar Al-Hadad memaparkan, kedepan MAHYA akan membuat kurikulum Thariqah Alawiyah. Hal ini dianggap penting karena menurut Husein selama ini Thariqah Alawiyah hanya diwariskan secara personal. Dari orang tua ke anaknya.

Karena itu, Husein bilang, MAHYA akan melakukan penelitian serius bagaimana seorang Bani Alawi dalam berpolitik, berakhlak kepada orang lain, menyelenggarakan pernikahan anak-anaknya dan mengadakan upacara kematian sesuai dengan Thariqah Alawiyah.

“Bagaimana cara mengatur semua itu,” katanya.

Selanjutnya, kata Husein, Kurikulum itu akan dimasukkan ke sekolah, pesantren ataupun keluarga-keluarga. Kurikulum itu nantinya dapat diakses secara umum oleh semua golongan di Website resmi MAHYA.

“Bagi siapa saja keluarga yang ingin menerapkan Thariqah Alawiyah di rumahnya, maka kami akan siapkan kurikulumnya,” kata Husein.