Hikmah Alawiyah
Image default
Kabar Mahya

Teladan Syekh Abu Bakar bin Salim

Syekh Abu Bakar bin Salim merupakan waliyullah dan ulama ternama pada era 900 an H. Beliau menghidupkan kota Inat, di dekat Hadramaut, Yaman, dengan ilmu, sehingga beliau dijuluki “Maula Inat”.

Cerita tentang karomah beliau sebagai seorang waliyullah sangat banyak dan bertebaran dalam banyak kitab. Hal itu membuat banyak orang kagum dan makin cinta kepadanya. Sayangnya karomah itu tak bisa diteladani. Alasannya, Ketua Umum Majelis Hikmah Alawiyah (MAHYA) Habib Ahmad bin Novel bin Jindan bilang karena karomah itu murni anugerah Allah SWT.

“Tetapi terkait akhlak, budi pekerti, ilmu dan kesungguhan beliau, itu yang bisa kita contoh,” kata Habib Ahmad, pada seminar ilmiah di Masjid At Taubah, Kompleks Pemakaman Al Habib Ahmad bin Alwi Al Haddad (Habib Kuncung) di Rawajati Timur, Jakarta Selatan, Sabtu 24 Agustus 2019.

Seminar Ilmiah itu diadakan untuk mengenang 448 tahun wafatnya Syekh Abu Bakar bin Salim. Acara itu digelar oleh Yayasan Al Hawthah Al Jindaniyah, Majelis As Siirah An Nabawiyah dan Majelis Hikmah Alawiyah.

Selanjutnya, Habib Ahmad menceritakan bagaimana keteguhan pengabdian Syekh Abu Bakar bin Salim untuk umat. Hampir tiap malam Syekh Abu Bakar berjalan dari Inat menuju Tarim yang berjarak sekitar 30 km. Ini sejauh Jakarta Pusat ke Depok.

Dalam perjalanannya itu Syekh Abu Bakar bin Salim membersihkan masjid-masjid, mengisi kolam-kolam air untuk berwudu melalui sumur menggunakan timba. “Bahasa kita sekarang Syekh Abu Bakar bin Salim bersih-bersih masjid. Nah, hal seperti ini yang bisa kita contoh. Sederhana kan?” kata Habib Ahmad.

Habib Ahmad meneruskan, mungkin bagi kita ini hal sepele, namun pahala membersihkan masjid sangat besar di sisi Allah SWT. Ia kemudian mengisahkan pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang perempuan yang tiap hari membersihkan masjid. Suatu hari masjid tempat Rasulullah shalat itu kotor, Rasulullah pun mencari perempuan itu.

Kemudian seorang sahabat mengatakan jika perempuan itu sudah wafat beberapa hari lalu. Karena meninggal di malam hari, maka para sahabat memutuskan untuk tak menganggu Rasulullah dengan kabar itu. Setelah mendapat berita tentang wafatnya perempuan itu, Rasulullah bergegas mengunjungi makamnya dan mendoakan perempuan pembersih masjid itu.

“Dia didoakan oleh Rasulullah dan mendapat keberkahan dari beliau,” kata Habib Ahmad. ”Ini yang perlu kita contoh.”

Kala Syekh Abu Bakar bin Salim membersihkan masjid-masjid di Tarim pada malam hari, Habib Ahmad bilang tak seorang pun tahu. Hingga bercak darah dari kaki Syekh Abu Bakar yang berceceran akibat perjalanan tanpa alas kaki sejauh 30 km dari Inat ke Tarim ditemukan orang-orang. Alasan Syekh Abu Bakar tak beralas kaki kata Habib Ahmad karena menganggap kota Tarim adalah kota para aulia. Maka beliau merasa tak pantas menginjakkan kakinya dengan alas kaki di tempat itu.

“Nah, kita harus merenungi cara pandang beliau saat itu kepada para aulia dan solihin. Cara pandang seperti itu patut kita contoh,” kata Habib Ahmad.

Teladan Syekh Abu Bakar bin Salim lainnya yang patut dicontoh adalah saat  ingin belajar kepada As-Syekh Ma’ruf Bajamal di kota Syibam. Saat itu Syekh Abu Bakar duduk dengan penuh adab di depan pintu rumah Syekh Ma’ruf. Tapi Syekh Ma’ruf tak mau membukakan pintu. Padahal Syekh Abu Bakar adalah cucu Rasulullah SAW dan Syekh Ma’ruf bukan. Tapi Syekh Abu Bakar tetap menjaga adab.

Sejumlah murid Syekh Ma’ruf melaporkan kedatangan Syekh Abu Bakar di depan pintu, tapi Syekh Ma’ruf tetap acuh. Kurang lebih selama tiga hari Syekh Abu Bakar menunggu di depan pintu rumah Syekh Ma’ruf.

Ketika jam makan tiba, Syekh Ma’ruf menikmati makanan bersama murid-muridnya dan membiarkan Syekh Abu Bakar tetap di depan pintu tanpa makanan. Hingga air bekas cuci tangan setelah makan disiramkan dari lantai atas ke Syekh Abu Bakar dan membuatnya basah kuyub. Tapi itu semua tak membuat kegigihan Syekh Abu Bakar kendor untuk belajar kepada Syekh Ma’ruf.

“Setelah kena siram, Syekh Abu Bakar berganti pakaian kering dan kembali duduk di depan pintu rumah Syekh Ma’ruf,” kata Habib Ahmad.

Melihat keteguhan hati Syekh Abu Bakar, Syekh Ma’ruf mempersilahkan Syekh Abu Bakar masuk. Setelah itu, Habib Ahmad bilang Allah membukakan hati Syekh Abu Bakar bin Salim hingga menjadi khalifahnya Syekh Ma’ruf.

“Ini metode belajar zaman dulu, makanya melahirkan sosok ulama seperti Syekh Abu Bakar bin Salim,” tandas Habib Ahmad.