Hikmah Alawiyah
Image default
Dakwah Thariqah Alawiyah

AQIDAH DAN THARIQAH SALAF AL ALAWIYYIN (Bag. 2)

AQIDAH DAN THARIQAH SALAF AL ALAWIYYIN

Oleh: Allamah Sayyid Alwi B. Thahir Al Haddad

(Mantan Mufti Kerajaan Johor Malaysia)

Diterbitkan & disebarluaskan oleh MAJeLIS TA’LIM HABIB ABDULLAH AL ATTAS

29 November 1992 M

 

Habib Abdullah Al-Haddad banyak menguraikan hal-hal yang kami sebutkan di atas baik dalam kumpulan ceramah-ceramahnya (Majmu Kalamihi) maupun dalam karya-karya beliau yang lain yang telah beliau susun. Meréka yang berminat dapat merujuk, kepadanya. Habib Ablulläh“ bin Thahir bin Husain telah pula menguraikan hal yang hampir menyerupai apa yang kami sebutkan tadi, pada sebuah risalah yang telah beliau susun, nukilannya disebutkan oleh Habib Aidarus bin Umar Al-Habsyi dalam kitabnya “Iqdul Yawaqit Al Jauhariyah”, sedang Al-Habib Aidarus Al-Ahbar cukup menyebutkan aqidah yag disusun oleh Syekh Abdullah bin As’ad Al-Yafi’i dalam bentuk sya’ir (mandhu mah).

 

Dalam beberapa fasal dalam kitabnya, Al-Aidarus menegaskan “Barangsiapa meyakini hulul (menitisnya Ruh Allah dalam diri makhluk) atau menyatunya Tuhan dengan makhluk (wahdatul wujud), maka orang ini telah menjadi kafir”. Dalam sebagian fasal yang lain beliau menulis : “Aqidah yang kita anut adalah aqidah Asy’ariyah dan dan Madzhab kita dalam fikih (hukum-hukum Agama) adalah Madzhab Syafi’i, sesuai dengan Kitab Allah (Al-Qur’an) serta Sunnah Rasul Allah”.

 

Pada sebagian risalah yang lain beliau menulis : “Allah adalah Tuhan yang hidup kekal (hayyun) dan terus menerus mengurus makhluk-Nya (Qayyum), Dialah yang mewujudkan segala yang ada”. Per- nyataan demikian sesungguhnya merupakan sanggahan bagi mereka yang meyakini “Walidatul wujud” menyatunya hamba dengan Tuhan, bagi mereka yang mengetahui maksud-maksud falsafah Yunani, India dan Majusi. Al-Aidarus juga menyatakan “Aqidah kita adalah aqidah Asy’ariyah, Hasyimiyah, Syar’iyah, sesuai Madzhab Syafi’i yang menganut Sunnah dan Tasawuf. Beliau sering mengulang-ulang pernyataan semacam ini sehingga cukup meyakinkan. Apa yang kami sebut- kan di atas merupakan ringkasannya.

 

Habib Abdullah Al-Haddad pernah menyuruh muridnya berpegang dengan aqidah yang disusun oleh Imam Assu Hrawardiy dengan judul “A’lamul Hu- da”, dan menyuruh muridnya yang lain menghafal aqidah yang disusun oleh Syekh Abdullah b. As’ad Al-Yafi’i, se suai dengan apa yang dinukil oleh Habib Al-Aidarus dalam kitabnya “Al-Kibrit Al-Ahmar”.

 

Habib Abdullah Al-Haddad juga telah menyusun aqidah yang ringkas lagi lengkap dimana penulis (Sayyid Alwi b. Thahir) telah menulis pengantarnya, antara lain sebagai berikut:

“Dan kami telah mengawalinya dengan aqidah yang ringkas yaitu aqidah yang para salaf (pendahulu-pendahulu kita) mengaturnya kepada keluarga, sanak saudara serta para tetangga, baik jauh maupun yang dekat,  serta orang-orang awam di negeri mana mereka tinggal Aqi- dah itu besar pengaruhnya, agung manfaatnya, bahkan merupakan pusaka iman yang mengandung arti penyerahan dan ketundukan mutlak (Kepada Tuhan) serta penerimaan penuh atas apa yang telah disampaikan oleh Nabi Utusan Allah  yang mulia SAW berupa ajaran Islam yang suci. Aqidah ini seluruhnya kami nukil dari kitab “Annash’ih Addiniyah”, karya tokoh dari semua tokoh zamannya, Syekh Al-Islam, pembimbing hamba Allah ke Jalan yang benar, Assayid Assyarif Al A’rif billah  Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad.  Aqidah ini ke- mudian kami tambah dengan “Al-Aqidah Al-Jami’ah” juga ditulis oleh beliau dan disampaikan nebagai penutup kitab “An- Nashs’ih Addiniyah”.  Pada kitab itu Habib Al-Haddad menyatakan: “Penutup kitab ini adalah sebuah aqidah yang ringkas dan nangat bermanfant, Insya Al- lah, nesuni jalan yang dicapai oleh Al- Firgah An-Nafiah (golongan yang selamat di Akhirat), yaitu golongan  Ahlussunah Wal Jamaah, golongan yang merupakan Assawad Al-Adham (walikota umat ini). Aqidah ini juga diikuti oleh “Al-Aqidah Assa didah Al-Muafiqah lil kitab Was sunnah Al-Hamidah”. (Akidah yang benar yang sesuai dengan AI-  Qur’an dan Sunnah yang terpuji). Semua itu kami nukil dari karya-karya tulis Habib Abdullah Al-Haddad. Semua itu kemudian dihimpun dan diterbitkan oleh cucunda Habib Abdullah Al-Haddad, yaitu Habib Alqi bin  Muhammad bin  Thahir Al-Haddad, dimana terlukis pada pribadi beliau akhlaq dan budi pekerti luhur para salaf dan nur kerohanian mereka.

 

Di dalam kitab “Al-Masyra’Arrawiy” dinyatakan: “Dahulu matahari ilmu dan kewalian Habib Abdullah Al-Aidarus apabila mengikat janji murid yang harus mengikuti thariqatnya, beliau memandu murid itu terlebih dahulu terlebih dahulu bertaubat dan beristighfar (mohon ampun) kemudian murid itu disuruh berkata: Aku bersaksi bahwasanya tiada Tuhan selain Allah saja satu tiada sekutu, dan aku bersaksi bahwa  Muhammad adalah hamba dan Utusannya Aku beriman kepada Allah para malaikat, kitab- kitab suci, para Rasul Utusan Allah, hari akhir dan taqdir yang baik dan yang bu- ruk dari Allah Aku beriman dengan adzab kubur dan kenikmatan di dalamnya, pertanyaan kedua Malaikat (Munkar

hari kebangkitan, timbangan, neraka, neraka dan neraka.  Aku telah ridha (mengakui) Allah sebagai Tuhan, Islam se bagai agama dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul Utusan Allah.  Aku telah ridha (senang dan puas) engkau sebagai guru dan perantara penunjuk jalan kepada Allah SWT.  Kemudian beliau berkata: Dalam soal furu’ (cabang agama yang berhubung dengan fiqh) kita menganut Madzhab Imam Syafi’i dan dalam bidang ushul (ilmu yang berhubungan dengan Tauhid dan ketuhanan/akidah) kita menganut Madzhab Imam Abul Hasan Al-  Asy’ari, sedang thariqat kita adalah thariqat ahli-ahli tasawuf. Demikian pula dinyatakan oleh Al Quthb Aidarus dalam kitabnya Al-Juz Al-Latif. 

 

Dalam sepucuk surat yang ditulis oleh Habib Abdullah b.  Alwi Al-Haddad kepada saudaranya Al Habib Hamid yang tinggal di India, beliau menulis: “Sesungguhnya telah sampai berita kepada kami betapa hebatnya fitnah yang menyesatkan- kan yang telah terjadi di sana (India), malapetaka dan bencana yang menimpa negeri itu terus menerus, serta perselisihan dan perpecahan yang terjadi antara penduduknya di mana tidak pernah ada kerukunan. Adapun yang lebih buruk dan lebih keji dari semua itu adalah apa yang sampai kepada kami yaitu timbulnya kebencian terhadap sesepuh Islam (Asy-Syaikhain) Abu Bakar Ashshiddig dan Umar Al-Faruq Radhia Allahu Ä’nhuma sebagai dianut oleh golongan “Rafidhah” yang tercela baik ditinjau dari segi Sya’riah, maupun menurut akal sehat. Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi raji’un. Hal  ini merupakan musibah yang besar dan malapetaka yang sulit dapat dihilangkan “.

 

Dalam sepucuk surat lain kepada salah seorang muridnya, Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad menuli : Apa yang Anda sebutkan sehubungan dengan kitab “AI Fusshul Al-Muhimmad” tentang Managib (Biografi) kedua belas Imam, adalah kitab yang baik dan tidak mengapalah bagi seorang untuk membacanya.  Kami telah mendapatkan dan membaca kitab itu.  Penulisnya adalah dari golongan Ahlusunnah Wal Jama’ah.  Menulis secara khusus tentang Manaqib mereka menunjukkan maksud tertentu. 

 

Imam Ibnu Hajar juga telah menulis Managib mereka dalam kitabnya ” Asshaqa’iq Al-Muhriqah “dan memuji mereka. Menyebutkan Madzhab atau faham lain tidaklah berarti keharusan mengikuti Madzhab atau faham itu, adalah merupakan kebiasaan para pengarang dan para ulama untuk  menyebutkan dan menukil madzhab-madzhab lain dan ucapan-ucapan mereka, baik yang sejalan maupun yang bertentangan dengan mereka, sedang tokoh-tokoh yang disebutkan riwayatnya dalam kitab itu tergolong pembesar-pembesar salaf yangs aleh dan Imam-Imam dalam agama. Adapun yang terlarang dan tidak dapat dibenarkan adalah (berkeyakinan) membatasi hak menjabat kedudukan Imamah hanya pada mereka saja, seperti dinyatakan olah golongan yang bertentangan dengan kita.  Semoga Allah memberi taufiq pada kita semua dan menjadikan kita antara orang-orang yang diberi petunjuk kebenaran dalam soal-soal yang diperselisihkan orang “.