Hikmah Alawiyah
Image default
Kitab/Buku Baru

3 Ciri Orang Tawakal

Allah SWT berulang kali dalam Al-Qur’an memerintahkan umat Islam untuk bertawakal kepada-Nya. Sementara tawakal adalah buah dari keimanan yang teguh dan tertanam di dalam hati. Saat seorang mukmin sudah bertawakal, Allah berjanji akan mencukupi segala kebutuhannya dan memeliharanya. Sebagaimana firman Allah:

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. Ath-Thalaq: 3).

Tawakal merupakan kesadaran hati bahwa segala perkara berada di tangan Allah SWT, baik itu yang menurut kita bermanfaat atau tidak, baik yang menyenangkan ataupun tidak. Tawakal adalah bersandar sepenuhnya atas segala yang terjadi dalam hidup ini kepada Allah SWT.

Tawakal harus disandarkan kepada perintah dan larangan Allah SWT. Yaitu menjauhi larangan Allah dan menjalankan semua perintah-Nya. Tak bisa kita menyandarkan perbuatan maksiat kita kepada Allah SWT lalu kita sebut kita bertawakal. Tak dibenarkan juga kita bertawakal sebelum berikhtiar lebih dulu.

Secara umum tawakal dapat diartikan berpasrah atas segala ikhtiarnya di dunia kepada Allah SWT. Sekaligus menerima segala keputusan Allah atas ikhtiar yang telah dikerjakan. Apa pun keputusan itu, entah yang menurut kita baik atau yang menurut kita buruk. Dan tawakal tak terkait dengan perbuatan maksiat, sebab perbuatan maksiat sudah pasti perbuatan buruk dan buruk pula akibatnya.

Ciri orang bertawakal dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Tidak berharap kepada selain Allah dan tidak takut kecuali kepada Allah SWT. Ini ditandai dengan tidak takutnya mengutarakan sesuatu dengan sejujur-jujurnya meski di hadapan orang-orang yang dihormati ataupun yang ditakuti, seperti pejabat atau pimpinan.

2. Tak pernah terlitas dalam hatinya kesusahan masalah rezeki, sebab meyakini ketentuan Allah SWT, dan hal itu membuat hatinya tenang. Bahkan lebih tenang di kala tak memiliki apa yang dibutuhkan dibandingkan ketenangannya saat memiliki yang dibutuhkan.

3. Hatinya tak terguncang saat menghadapi sesuatu yang menakutkan. Sebab ia meyakini apa yang meleset darinya tak akan menimpanya, dan apa yang ditetapkan baginya tak meleset darinya.

Maka, bagi seorang mukmin yang telah mengikrarkan dirinya beriman kepada Allah SWT, tak ada alasan baginya untuk tak bertawakal kepada Allah SWT. Bila ada seorang yang mengaku beriman namun belum menuai tawakal dalam hidupnya, maka artinya keimanannya perlu diteguhkan dan diperdalam lagi. Sebab tawakal harus dimulai dari keimanan kita kepada Allah SWT.

Seperti firman Allah SWT :

رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلًا

(Dialah) Tuhan masyriq (timur) dan maghrib (barat), tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung. (QS. Al-Muzammil ayat: 9)

Dalam ayat ini Allah memulai dengan penetapan Ketuhanan, selanjutnya keesaan-Nya sebagai Tuhan. Kemudian diakhiri dengan menjadikan Allah SWT sebagai pelindung. Maksudnya adalah menyerahkan segala urusan kita kepada Allah SWT atau bertawakal.

*Sumber: Buku Nasehat untukmu Wahai Saudaraku.