Hikmah Alawiyah
Image default
Kitab/Buku Baru

2 Alasan Wajibnya Tobat

Jalan hidup seseorang di dunia ini tak selamanya lurus. Kadang karena sifat khilafnya, manusia dalam melangkah terperosok ke dalam lobang dosa. Maka dari itu Allah SWT menyerukan kepada orang-orang yang beriman untuk bertobat dengan tobat yang sesungguh-sungguhnya. Yaitu sadar dan menyesal akan dosa yang dilakukan dan berniat memperbaiki tingkah laku dan perbuatannya.

Seperti dalam firman-Nya:

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى اللَّـهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا

“Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang sesungguhnya.” (QS. At-Tahrim: 8).

Yang dimaksud dengan tobat yang sesungguhnya atau taubatan-nasuha adalah tobat yang tulus ikhlas, tobat yang diikuti dengan penyesalan dalam hati, memohon ampunan dengan lisan, menjauhi dosa itu, dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.

Bagi orang-orang beriman, tobat sendiri memiliki dua alasan wajib dilakukan:

Pertama, agar mendapatkan taufik untuk beribadah. Sebab dosa yang kita berbuat dapat menghalangi kita mengerjakan ibadah dan mengakibatkan hilangnya tauhid. Belenggu dosa membuat kita malas mengerjakan kebaikan dan beribadah. Dosa seperti belenggu rantai yang diikatkan ke kaki pelaku dosa sehingga susah dan berat hati untuk beribadah kepada Allah SWT.

Bila dosa terus dikerjakan dan ditumpuk, maka hati menjadi hitam, kelam, dan keras. Bila ini terjadi maka beban belenggu semakin berat. Kondisi ini tak hanya memberatkan hati seseorang untuk beribadah kepada Allah SWT, namun juga membuatnya tak akan pernah merasakan manisnya mengerjakan ibadah. Bila tak segera bertobat maka lambat laun hati akan mati.

Maka, salah satu ciri orang yang terbelunggu hatinya oleh dosa dan tak mendapatkan taufik Allah SWT untuk beribadah adalah beratnya hati untuk mengerjakan perintah-perintah Allah SWT. Di sisi lain, ia begitu mudah mengikuti hawa nafsu dan bermaksiat kepada Allah SWT dengan kesadarannya.

Kedua, wajibnya tobat agar ibadah kita diterima Allah SWT. Sebab, tobat merupakan pokok dan dasar diterimanya ibadah. Kedudukan ibadah seolah-olah adalah tambahan atau tindak lanjut setelah seseorang bertobat kepada Allah SWT.

Bagaimana seseorang akan melakukan hal lain jika yang pokok saja belum dikerjakan? Bagaimana mungkin seseorang terus bermunajat, dan berdoa sambil memuji Allah SWT, sementara Allah murka atas perbuatan-perbuatan maksiatnya yang dilakukan terus menerus? Begitulah gambaran orang yang tak mau menghentikan perbuatan maksiatnya.

Maka, jangan tunda lagi untuk bertobat kepada Allah SWT. Sehingga, dimudahkan langkah-langkah kita menuju jalan kebenaran dan dapat melepaskan diri dari jalan kemaksiatan yang akan menjerumuskan kita ke dalam golongan yang mendapat murka Allah SWT. Wallahu a’lam.

*Sumber: Buku Mendaki Tanjakan Ilmu dan Tobat